Sejarah Trisuci dan Tradisi Unik Saat Hari Raya Waisak

Sejarah dan Tradisi Unik Saat Hari Waisak
Ilustrasi Gambar Sejarah dan Tradisi Unik Saat Hari Waisak (Media Indonesia)
0 Komentar

KBEonline.id – Hari Raya Waisak merupakan momen suci bagi umat Buddha untuk mengenang tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddharta Gautama, yang dikenal dengan sebutan Trisuci Waisak. Ketiga peristiwa tersebut adalah kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Sang Buddha, yang diyakini terjadi pada hari yang sama, yaitu saat bulan purnama di bulan Mei.

1. Kelahiran Siddharta Gautama Siddharta lahir pada tahun 623 SM di Taman Lumbini dalam keadaan yang penuh kesucian dan keistimewaan. Para pertapa meramalkan bahwa ia akan menjadi sosok pemimpin besar.

2. Pencerahan Pada usia 35 tahun, Siddharta mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya dan resmi menjadi Buddha. Setelah itu, beliau menyebarkan ajaran Dharma selama 45 tahun.

Baca Juga:Mitos atau Fakta! Siapa Lebih Rentan Rambut Rontok, Pria atau Wanita?Rambut Rontok Berlebihan: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

3. Wafatnya Siddharta Gautama Buddha Gautama wafat pada usia 80 tahun, menandai pelepasan dari siklus penderitaan dunia. Peristiwa ini dihormati dengan penuh rasa hormat oleh para pengikutnya.

Perayaan Waisak telah ada sejak sebelum abad ke-19 dan awalnya dirayakan secara sederhana di vihara-vihara. Namun, pada akhir abad ke-19, tradisi ini mulai berkembang seiring dengan gerakan modernisasi yang bermula di Sri Lanka dan menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara.

Pada tahun 1950, melalui Konferensi World Fellowship of Buddhists di Sri Lanka, Waisak resmi diakui sebagai hari peringatan kelahiran Buddha yang dirayakan setiap bulan purnama pertama di bulan Mei menurut kalender India kuno.

Di Indonesia, perayaan Waisak dikenal dengan festival lampion yang diadakan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1929 dan menjadi momen istimewa di mana ribuan lampion kertas dilepaskan ke langit sebagai simbol harapan dan doa. Pada hari tersebut, umat Buddha biasanya berkumpul di vihara atau kuil, berdiam di sana sepanjang hari terutama saat malam bulan purnama.

Berbagai kegiatan spiritual dilakukan seperti berbuat kebajikan, melantunkan doa, bermeditasi, merenungkan ajaran Buddha, membawa persembahan, dan berbagi makanan dengan sesama. Umat biasanya mengenakan pakaian putih sebagai lambang kesucian. Selain itu, tradisi bertukar kartu ucapan dengan keluarga dan teman juga menjadi bagian dari perayaan Waisak yang penuh makna.

0 Komentar