KBEonline.id – Matoa adalah salah satu buah asli Indonesia yang menjadi ciri khas flora Papua dan tersebar hampir di seluruh wilayahnya. Menurut buku Flora Buah-buahan Indonesia karya Rifai (1986), terdapat sekitar 329 jenis buah yang tumbuh di Nusantara, baik asli maupun pendatang, dan matoa termasuk salah satu buah asli yang unik.
Berdasarkan informasi dari laman papua.litbang.pertanian.go.id, buah matoa dapat ditemukan di berbagai daerah seperti dataran Seko (Jayapura), Wondoswaar-Pulau Weoswar, Anjai Lebar, Warmare, Armina-Bintuni, Ransiki, Pami-Nuni (Manokwari), Samabusa-Nabire, hingga Pulau Yapen.
Matoa memiliki beragam nama lokal yang berbeda-beda di tiap daerah. Di Kalimantan Utara dan Malaysia, buah ini dikenal sebagai kasai, sementara di Filipina disebut malugai, dan di Papua Nugini dengan nama Taun. Di Sumatera, matoa dikenal dengan nama kongkir, kungkil, ganggo, lauteneng, atau pakam.
Baca Juga:Bupati Bekasi Makin Ngegas, Surat Sudah Turun, Ratusan Bangli di Bantaran Irigasi Serang Baru DibongkarSaatnya Merajut Gerakan Politik Kyai, KH. Ma'ruf Amin Pimpin Halaqoh Kebangsaan PKB Jabar
Di Kalimantan, buah ini disebut galunggung, jampango, kasei, atau landur. Sedangkan di Sulawesi dikenal sebagai kase, landung, nautu, tawa, atau wusel. Di Jawa, matoa juga dikenal dengan sebutan jagir, leungsir, atau sapen. Di Maluku, nama lokalnya antara lain hatobu, matoa, loto, ngaa, atau tawan. Di Nusa Tenggara, buah ini dikenal sebagai iseh, kauna, keba, maa, atau muni, sementara di Papua disebut ihi, mendek, mohui, senai, tawa, atau tawang.
Matoa biasanya tumbuh secara alami di tanah datar dengan tekstur liar yang cenderung tergenang air saat musim hujan. Namun, buah ini juga dapat dibudidayakan. Di Papua, cara perbanyakan matoa yang paling umum adalah secara generatif menggunakan biji, yang membuat pohon mulai berbuah pada usia 4-5 tahun. Selain itu, metode cangkok juga digunakan untuk mempercepat masa berbuah, yakni sekitar 2-3 tahun setelah penanaman.
Sama seperti buah tropis lainnya, masa panen matoa biasanya berlangsung antara bulan Oktober hingga Desember. Ketika dimakan, buah ini memiliki cita rasa unik yang menyerupai perpaduan antara kelengkeng dan rambutan.
Matoa bukan hanya buah yang lezat, tapi juga bagian penting dari kekayaan flora Indonesia yang kaya akan keanekaragaman dan budaya lokal.