BEKASI, KBEonline.id – Lesunya daya beli masyarakat di Kabupaten Bekasi mulai berdampak pada aktivitas perdagangan, khususnya di pasar-pasar tradisional dan pasar ritel modern di wilayah setempat.
Barang menumpuk di gudang, namun perputaran ekonomi nyaris stagnan. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya deflasi lokal jika tidak segera ditangani.
Sejumlah pedagang dan pelaku usaha mengeluhkan sepinya pembeli dalam beberapa bulan terakhir. Rak-rak toko tetap terisi penuh, namun transaksi harian kian hari nyaris terus menurun.
Baca Juga:Jadwal Bioskop Trans TV hari ini Senin, 9 Juni 2025Preview Jepang vs Timnas Indonesia Pada Matchday 10 Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
“Biasanya di bulan-bulan ini permintaan naik, tapi sekarang malah sebaliknya. Barang numpuk, pembeli sepi,” ujar Junaedi, pedagang sembako di Cikarang Utara.
Sementara itu, senada juga dirasakan oleh Rina Marlina (37), warga Karang Asih, yang mengaku mulai membatasi belanja bulanan karena kondisi ekonomi keluarganya yang sedang sulit.
“Harga beberapa barang memang turun, tapi penghasilan suami juga ikut turun sejak ada pengurangan jam kerja di pabrik. Jadi kami lebih pilih belanja yang benar-benar penting saja,” tuturnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada pekan keempat Mei 2025, sebagian besar wilayah di Indonesia tercatat mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Lombok Tengah sebesar -10,45 persen. Sementara itu, Kabupaten Bekasi mencatat deflasi sebesar -4,8 persen.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Gatot Purnomo, menyampaikan bahwa kondisi daya beli masyarakat saat ini masih tergolong stabil.
Deflasi yang terjadi, menurutnya, dipicu oleh melimpahnya stok hasil pertanian, khususnya cabai dan bawang, akibat panen raya yang serentak di berbagai daerah produsen.
“Deflasi terjadi karena stok hasil pertanian, terutama cabai dan bawang, sangat melimpah akibat musim panen raya yang serentak di beberapa wilayah produsen. Ketersediaan barang yang tinggi mendorong penurunan harga di pasar,” ucapnya.
Baca Juga:Tanggal rilis My Hero Academia: Vigilantes Episode 10 berserta spoilernyaOne Piece Episode 1132: Sinopsis & Tempat Nontonnya
Namun demikian, Gatot tidak menampik bahwa penurunan daya beli juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor lainnya. Mulai dari tekanan ekonomi rumah tangga, inflasi sebelumnya, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah.