Robby menjelaskan bahwa untuk mendirikan PIK-R, diperlukan proses administrasi yang harus dilengkapi, seperti pembuatan SK dari kepala desa atau kepala sekolah. “Biasanya kami bantu mulai dari pembuatan administrasi sampai pembinaan programnya. Setelah terbentuk, akan diarahkan mengikuti program pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya,” ujarnya.
Secara rutin, DPPKB Karawang juga mengadakan pembinaan kepada koordinator PIK-R agar mereka dapat membina anggotanya di lapangan. Selain menyasar persoalan kesehatan reproduksi remaja, PIK-R juga berfokus memberikan edukasi terkait keterampilan hidup (life skill), mulai dari persiapan masuk dunia kerja hingga memilih perguruan tinggi.
Terkait dampak PIK-R terhadap angka pernikahan dini atau perilaku berisiko lainnya, Robby menyebutkan bahwa kontribusi PIK-R cukup terasa, terutama dalam hal edukasi. “Kita percaya pasti ada dampaknya, meskipun untuk angka konkret lebih baik mengacu ke data BPS. Tapi buktinya, banyak sekolah yang sudah memiliki PIK-R aktif, dan edukasi triad KRR (seks bebas, pernikahan dini, narkoba) makin masif dilakukan,” tegasnya.
Baca Juga:Kembali Pecah, Tawuran Remaja di Babelan, Sembilan Pelaku DitangkapRetret Manunggal Satukan Langkah 438 Peserta untuk Jawa Tengah Maju
Ke depan, DPPKB Karawang berharap PIK-R bisa semakin bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan, terutama di tingkat desa dan sekolah.
“Kami ingin PIK-R bisa memberikan inovasi program yang lebih dekat dengan minat remaja. Tidak sekadar membahas program pemerintah, tapi juga menjadi ruang yang menyenangkan dan bermanfaat bagi mereka untuk mempersiapkan masa depan,” tutup Lia.(Aufa)