KBEonline.id- Karawang menyimpan banyak peninggalan sejarah yang menjadi bukti keberagaman budaya di Indonesia.
Salah satu warisan budaya yang masih berdiri kokoh hingga kini adalah Kelenteng Sian Djin Ku Poh, kelenteng tertua di Karawang yang sudah ada sejak abad ke-18.
Kelenteng ini tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Konghucu, tetapi juga menjadi simbol kerukunan masyarakat setempat.
Baca Juga:Cari Gadget Apple Asli di Karawang? Yuk, Intip iBox di Karawang Central Plaza!Temukan Koleksi Emas Keren di Subaru Gold KCP, Dijamin Bikin Kamu Terpikat
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Karawang, Obar Subarja, mengungkapkan bahwa berdasarkan penuturan para sesepuh, Kelenteng Sian Djin Ku Poh diperkirakan berdiri sekitar tahun 1600 hingga 1700-an.
Bangunan ini berlokasi di Jalan Muhammad Toha No.9, Kelurahan Tanjungmekar, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Keberadaan kelenteng ini bahkan sudah dikenal hingga luar daerah.
Nama Sian Djin Ku Po diambil dari sosok Mak Ku Po, yang dalam tradisi Tionghoa berarti ‘nenek’. Mak Ku Po dikenal sebagai sosok dermawan yang hidup ratusan tahun lalu di Tiongkok.
Setelah wafat, abunya dibawa oleh tiga marga Tionghoa—Lauw, Tjiong, dan Khouw—yang merantau dari Sungai Huang Ho menuju Nusantara.
Perjalanan para perantau tersebut berakhir di muara Cabangbungin, Bekasi, sebelum menyusuri Sungai Citarum dan menetap di sekitar persimpangan Sungai Citarum dan Sungai Cibeet.
Di situlah kemudian didirikan tempat ibadah sederhana yang menjadi cikal bakal Kelenteng Sian Djin Ku Poh. Dalam perjalanannya, kelenteng ini mengalami beberapa kali renovasi, termasuk perubahan arah pintu utama pada tahun 1791 sesuai dengan petunjuk ahli feng shui.
Transformasi besar terjadi antara tahun 1830 hingga 1865. Pada periode itu, altar utama dipindahkan, dan bangunan kelenteng dipermanenkan menggunakan batu bata.
Baca Juga:Kenalan Sama DID, Gangguan Kepribadian yang Bikin Seseorang Punya ‘Dua Diri’!Kenapa Seseorang Sembunyiin Jati Diri? Ini Penjelasan Tentang ‘Conscious Suppression of Identity'
Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 1985. Kini, pengelolaan kelenteng berada di bawah Yayasan Sian Djin Ku Poh, yang mengurus segala kegiatan ibadah maupun sosial.
Bangunan kelenteng ini memiliki sembilan altar utama yang digunakan untuk berbagai keperluan ibadah. Mulai dari altar Thian atau Tuhan Yang Maha Esa, altar untuk tiga penguasa alam Sam Kwan Tay Tee, hingga altar Dewi Welas Asih yang dikenal luas oleh masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara. Selain itu, terdapat pula altar Sakyamuni Buddha dan altar Dewa Bumi, Fu De Zheng Shen.