KBEonline.id —Sidang lanjutan kasus pelecehan seksual terhadap anak yang terjadi di Karawang kembali digelar di Pengadilan Negeri Karawang pada Rabu (12/6/2025). Dalam persidangan tersebut, Jaksa Penuntut Umum (JPU) resmi membacakan vonis terhadap terdakwa, yaitu 19 tahun penjara, naik dari tuntutan sebelumnya yang hanya 14 tahun penjara.
Pendamping korban dari lembaga perlindungan anak, Iin Dewi Sintawati, menyampaikan apresiasinya atas keputusan JPU yang memberikan tuntutan maksimal kepada pelaku. Ia menyebutkan bahwa tuntutan ini merupakan bentuk upaya keadilan bagi para korban dan keluarga.
“Kami bersyukur, hasil tuntutan akhirnya lebih dari yang sebelumnya. Tuntutan awal hanya 14 tahun dan denda 1 miliar, sekarang menjadi 19 tahun penjara, dan denda 1,5 miliar” ujar Iin kepada awak media usai persidangan.
Baca Juga:DLH Karawang Buru Pembuang Limbah B3 di Saluran Drainase Hutan Kota Milik PJTDiduga Cemburu, Suami di Majalaya Tega Habisi Nyawa Istri, Kemudian Gantung Diri Hingga Kritis
Selain pidana penjara, JPU juga telah mengajukan restitusi kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk kompensasi kerugian yang dialami para korban.
“Restitusi sudah diajukan, tinggal menunggu informasi lebih lanjut dari LPSK terkait proses pencairannya,” tambah Iin.
Iin juga menegaskan bahwa upaya pendampingan terhadap korban tidak berhenti sampai di sini. Ia berencana bekerja sama dengan lembaga terkait seperti P2TP2A serta menghadirkan psikolog guna melakukan pendampingan lanjutan, terutama dalam proses pemulihan psikologis anak-anak korban.
“Yang utama sekarang adalah pemulihan psikologis anak-anak korban dan juga orang tua mereka,” katanya.
Menurut Iin, hingga saat ini para orang tua korban masih mengalami tekanan mental akibat stigma dari lingkungan sekitar. Kondisi tersebut justru memperberat proses pemulihan yang sedang dijalani oleh para korban.
“Banyak masyarakat yang belum memahami kondisi psikologis korban, malah sering jadi bahan perbincangan, padahal ini sangat mengganggu proses penyembuhan,” jelasnya.
Ia berharap dengan adanya pendampingan dari psikolog dan lembaga terkait, anak-anak dan orang tua korban bisa kembali menjalani kehidupan normal tanpa rasa takut dan tekanan sosial. “Kami ingin mereka bisa beraktivitas normal kembali seperti sedia kala tanpa ada beban psikologis dari lingkungan sekitar,” ujar Iin.