Dekat Sekolah, Tak Lolos Domisili Warga Waluya Geruduk SMAN 3 Cikarang Utara, Dugaan Titipan Mencuat

Emak-emak Cikarang utara
Ratusan orang tua siswa dari Perumahan BCL, Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, melakukan aksi unjuk rasa di SMAN 3 Cikarang Utara pada Kamis (19/6/2025).
0 Komentar

“Aksi ini akan terus kami lakukan sampai ada keputusan di atas materai bahwa anak-anak kami bisa diterima. Kami tidak anarkis, kami hanya ingin keadilan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Lena meminta Gubernur Jawa Barat, Deddy Mulyadi, turun langsung meninjau persoalan SPMB ini. “Pak Deddy, tolonglah. Datanglah ke sini. Kalau perlu, angkut kepala sekolahnya. Kasih paham, Pak. Biar tahu kondisi di lapangan seperti apa,” keluhnya.

Senada dengan Lena, Niken (46) orang tua murid, menyuarakan kekecewaannya lantaran anaknya juga tidak lolos seleksi masuk ke SMAN 3 Cikarang Utara, meskipun rumahnya hanya berjarak ratusan meter dari sekolah.

Baca Juga:Sekcam Ciksel Tekankan Fungsi dan Tugas BPDProf. Sumeru Kenalkan Teknologi AC Ramah Lingkungan di Karawang, Siap Jadi Daerah Percontohan!

“Saya cuma ibu rumah tangga, suami saya buruh. Rumah kami di belakang perumahan, gandeng tembok. Tapi anak saya tidak diterima. Katanya sistem zonasi, titik koordinat sudah dicek, tetap juga tidak masuk,” keluh Niken.

Ia menilai kebijakan zonasi justru menyulitkan, apalagi proses pendaftaran sudah melalui verifikasi titik koordinat, dokumen asli, dan pemeriksaan berkas lainnya.

“Dari pagi sampai sore selama tiga hari kami bolak-balik ke sekolah. Semuanya dicek. KK, KTP, akta, raport anak. Tapi ujung-ujungnya tidak diterima. Nangis dari pagi, Pak,” tuturnya.

Niken juga khawatir jika anaknya harus bersekolah di lokasi yang lebih jauh. Sebab, sekolah alternatif yang ditawarkan justru berada di seberang jalan raya besar dan rel kereta api.

“Kalau harus nyekolahin jauh, itu anak saya harus nyebrang jalan besar, jalan kereta. Bahaya, Pak. Kalau swasta, jujur saja, kami nggak mampu. Mahal,” katanya.

Ia juga bahkan mengaku mencium adanya indikasi “titipan” dalam proses penerimaan. “Ada yang bisikin katanya, kalau mau dibantu, siapin nominal. Katanya ‘insya Allah dibantu.’ Ini kan aneh. Apalagi banyak warga asli Waluya juga nggak keterima,” ujarnya.

Niken juga mempertanyakan keadilan sistem SPMB saat ini, di mana anak sulungnya dulu bisa diterima di sekolah yang sama melalui jalur zonasi, namun anak keduanya kini ditolak.

0 Komentar