Berdiri Sejak Abad 18, Kelenteng Sian Jin Ku Poh, Wisata Sejarah dan Religi di Karawang Penuh Pesona

Kelenteng Sian Jin Ku Poh,
Kelenteng Sian Jin Ku Poh, sebuah bangunan ibadah bergaya Tionghoa yang menyimpan banyak cerita, lebih dari sekadar dupa dan doa.
0 Komentar

KBEonline.id — Di tengah modernitas Karawang yang dikenal sebagai kota industri, siapa sangka terdapat sebuah sudut tenang yang membawa kita kembali ke masa lalu, tempat yang memadukan tradisi, sejarah, dan spiritualitas menjadi satu dalam satu tarikan napas. Kelenteng Sian Jin Ku Poh, sebuah bangunan ibadah bergaya Tionghoa yang menyimpan banyak cerita, lebih dari sekadar dupa dan doa. Tempat ini merupakan saksi hidup perjalanan para leluhur Tionghoa perantauan yang membentuk jejak budaya di tanah Karawang.

Berlokasi di jantung Karawang Barat, Kelenteng Sian Jin Ku Poh bukan sekadar bangunan ibadah, melainkan sebuah saksi bisu perjalanan sejarah, spiritualitas, dan akulturasi budaya yang telah hidup ratusan tahun lamanya. Dengan arsitektur megah khas Tionghoa yang dipadukan dengan kearifan lokal, kelenteng ini menjadi destinasi wisata religi yang menyuguhkan nilai sejarah yang tak lekang oleh waktu.

Keberadaan tempat ini menjadikannya titik spiritual yang tak hanya ramai dikunjungi umat Tridharma (Konghucu, Buddha, dan Tao), tetapi juga para wisatawan, pelajar, peneliti sejarah, hingga masyarakat lintas agama yang penasaran akan kisah di balik kemegahan kelenteng ini.

Baca Juga:Karawang Gelar Pawai Obor Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, Bupati Aep: Ini Malam Kebahagiaan UmatPerluas Pengawasan, Imigrasi Karawang Akan Bangun Desa Binaan di Purwakarta untuk Cegah TPPO & TPPM

Didirikan sekitar abad ke-18 oleh komunitas Tionghoa perantauan yang terdiri dari marga Khouw, Lauw, dan Chang, kelenteng ini bermula dari sebuah tempat pemujaan sederhana yang dibangun untuk menghormati arwah leluhur mereka, khususnya sosok perempuan suci yang mereka sebut Ma Ku Poh. Legenda menyebutkan bahwa Ma Ku Poh adalah tokoh pelindung yang dipercaya membawa berkah dan keselamatan bagi para pengikutnya. Seiring berjalannya waktu, tempat suci ini berkembang menjadi pusat ibadah yang akhirnya dibangun menjadi kelenteng permanen dengan struktur yang lebih kokoh.

Bangunan kelenteng yang dapat kita lihat sekarang merupakan hasil dari berbagai proses pemugaran yang dimulai sejak peristiwa kebakaran besar pada tahun 1791. Menariknya, saat kejadian itu terjadi, hanya altar utama yang selamat dari amukan api, kejadian ini diyakini sebagai keajaiban spiritual oleh masyarakat setempat. Renovasi demi renovasi pun dilakukan, hingga pada tahun 2004, kelenteng diperluas, menambahkan fasilitas umum seperti dapur umum, ruang ibadah tambahan, bahkan klinik kecil untuk melayani umat dan warga sekitar.

0 Komentar