BEKASI, KBEonline.id – Fenomena mencemaskan terjadi di Sungai Cilemahabang, Kabupaten Bekasi, pada Selasa pagi (01/7).
Air sungai yang melintasi Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara, tiba-tiba dipenuhi busa putih pekat sepanjang lebih dari satu kilometer.
Selain berbusa, air sungai juga mengeluarkan bau tak sedap dan diduga menyebabkan kematian sejumlah ikan.
Baca Juga:Awal Bulan! Berikut Jadwal Bioskop Trans TV Hari Ini, 1 Juli 2025 Lengkap dengan SinopsisnyaLakukan Kekerasan Seksual Terhadap Anak Dibawah Umur, Ayah Tiri di Serang Baru Diburu Polisi
Seorang warga setempat, Irfan Sanusi (30), menyatakan busa mulai terlihat sejak pukul 07.00 WIB di bawah Bendung Cilemahabang dan mengalir ke arah utara. Fenomena itu berlangsung hingga sekitar pukul 09.30 WIB sebelum mulai menghilang.
“Pagi tadi dari jam 7 sampai 8 itu banyak busanya. Saya pantau jam 9.30 sudah mulai hilang, tapi cukup panjang, lebih dari satu kilometer. Airnya juga berbau dan warnanya hitam seperti oli,” kata Irfan kepada kbeonline.id.
Menurutnya, kejadian semacam ini pernah terjadi sebelumnya, namun kali ini jauh lebih parah.
Ia menduga pencemaran berasal dari limbah industri, terlebih biasanya kondisi seperti ini muncul usai hujan deras.
“Biasanya muncul setelah hujan. Tapi kali ini busanya parah sekali, sampai jauh mengalir ke utara. Ikan-ikan juga banyak yang mabuk dan mati,” ujarnya.
Ia menambahkan, dulunya air Kali Cilemahabang masih jernih dan digunakan warga untuk mandi, mencuci, bahkan pertanian. Namun kini kondisinya memprihatinkan.
Irfan berharap pihak terkait, termasuk Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi, segera turun tangan menangani masalah ini. “Warga banyak yang mengeluh. Kami minta pemerintah jangan diam saja,” pintanya.
Baca Juga:Jadwal Tayang Drachin In The Name of Blossom Full Episode di Vidio dan SinopsisnyaMengapa Cegukan bisa terjadi, Apa Penyebabnya?
Sementara itu, Juru Bicara DLH Kabupaten Bekasi, Dedy Kurniawan, mengaku hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan resmi dari masyarakat.
“Kami siap menindaklanjuti, tapi kami butuh pelaporan resmi dari warga agar bisa diverifikasi di lapangan. Jika ada warga yang bersedia melapor, kami akan segera tindak lanjuti,” tegas Dedy.
Ia menegaskan, DLH tidak bisa bertindak hanya berdasarkan informasi yang viral di media sosial. Pelaporan langsung akan mempercepat proses investigasi untuk mengungkap sumber pencemaran tersebut. (Iky)