Tak hanya soal sungai tercemar, Saeful juga menyoroti persoalan lain yang membelit DLH Kabupaten Bekasi. Ia menyinggung beban berat yang dihadapi dinas tersebut, mulai dari kisruh pengelolaan TPA Burangkeng, permasalahan hukum yang melibatkan pejabatnya, hingga temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait pengembalian anggaran.
“DLH sedang tidak baik-baik saja. Tapi itu bukan alasan untuk diam. Justru harus lebih kerja keras, karena menyangkut hajat hidup masyarakat banyak. Jangan sampai hanya sibuk urus internal tapi lupa dengan tanggung jawab terhadap publik,” ujarnya.
Jika DLH tidak mampu menangani secara tuntas pencemaran Kali Cilemahabang, Saeful menyarankan agar Pemkab Bekasi tidak ragu melibatkan pemerintah provinsi bahkan kementerian.
Baca Juga:Mengusung Slogan Layanan PRIMA, Klinik Utama Westerindo Hadir di Summarecon BekasiDihargai hingga Puluhan Juta Rupiah! Inilah 5 Rempah Termahal di Dunia yang Tumbuh di Indonesia
“Kalau memang berat, naikkan saja ke provinsi atau kementerian. Jangan terus-terusan bilang sulit. Kita ini punya undang-undang, punya alat negara. Gunakan semua itu untuk lindungi rakyat dari bahaya limbah,” pungkasnya.
Seperti diketahui, pencemaran Kali Cilemahabang telah menjadi persoalan menahun yang belum kunjung selesai. Munculnya busa dan bau menyengat diduga berasal dari aktivitas industri di kawasan sekitar. DLH Kabupaten Bekasi sebelumnya mengklaim akan menindak jika ada laporan, namun hingga berita ini diturunkan, belum ada pelaku yang ditetapkan secara resmi.
Diberitakan sebelumnya, fenomena mencemaskan terjadi di Sungai Cilemahabang, Kabupaten Bekasi, pada Selasa pagi (01/7). Air sungai yang melintasi Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara, tiba-tiba dipenuhi busa putih pekat sepanjang lebih dari satu kilometer. Selain berbusa, air sungai juga mengeluarkan bau tak sedap dan diduga menyebabkan kematian sejumlah ikan.
Seorang warga setempat, Irfan Sanusi (30), menyatakan busa mulai terlihat sejak pukul 07.00 WIB di bawah Bendung Cilemahabang dan mengalir ke arah utara. Fenomena itu berlangsung hingga sekitar pukul 09.30 WIB sebelum mulai menghilang.
“Pagi tadi dari jam 7 sampai 8 itu banyak busanya. Saya pantau jam 9.30 sudah mulai hilang, tapi cukup panjang, lebih dari satu kilometer. Airnya juga berbau dan warnanya hitam seperti oli,” kata Irfan kepada Cikarang Ekspres.
Menurutnya, kejadian semacam ini pernah terjadi sebelumnya, namun kali ini jauh lebih parah. Ia menduga pencemaran berasal dari limbah industri, terlebih biasanya kondisi seperti ini muncul usai hujan deras.