Ada Kehidupan Lain di Kolong Jembatan Citarum Karawang, Keluarga Cicih Bertahan dalam Keterbatasan

Kolong jembatan citarum
Beginilah suasana keluarga Cicih yang bertahun-tahun hidup di kolong jembatan Citarum Telukjambe.
0 Komentar

KBEonline.id– Di bawah pertumbuhan Karawang yang pesat dan penuh persaingan ternyata ada kehidupan lain di kolong sebuah jembatan yang terbentang di atas sungai Citarum.

Di bawah kolong jembatan lama Citarum Kecamatan Telukjambe Timur di wilayah Karawang, seorang ibu bernama Cicih (64) bersama keluarganya menjalani hidup yang penuh keterbatasan.

Sudah bertahun-tahun ia tinggal di tempat itu, memanfaatkan bangunan bekas yang dulu digunakan oleh pemulung rongsokan.

Baca Juga:Agus Rivai akan Rombak Besar-besaran Struktur Petrogas Persada KarawangGawat, Obat Terlarang di Karawang Dijual di Tanggul Irigasi, 2 Pengedar OKT Ditangkap

Tempat itu kini menjadi rumah bagi lima anggota keluarganya, tanpa sewa dan tanpa fasilitas dasar yang layak.

Cicih adalah warga asli Karawang. Setelah suaminya meninggal, ia memilih bertahan di tempat itu bersama anak-anaknya.

Salah satu putrinya telah tiada, sementara anak laki-lakinya, Elvan (36), menjadi tulang punggung keluarga.

Selain Elvan, adik bungsunya kini masih duduk di bangku kelas tiga SMK. Meski hidup serba terbatas, mereka berusaha tetap melanjutkan pendidikan.

Setiap hari, Elvan bekerja sebagai tukang parkir di sekitar pasar. Dari hasil parkir itulah, ia menghidupi ibunya, adik, serta istrinya yang ikut tinggal bersama mereka.

Pendapatan hariannya berkisar antara Rp70 ribu hingga Rp100 ribu, tergantung pada keramaian. Penghasilan itu diprioritaskan untuk kebutuhan makan dan membiayai sekolah sang adik.

Kamar tidur mereka hanya dipisahkan oleh lembaran asbes dan triplek, sementara kamar mandi sederhana mereka dirakit sendiri dari material bekas.

Baca Juga:Ngejar 40 Bebek yang Terseret Arus Banjir Anggota Linmas  Karangligar Ikut Terseret dan HilangAyah Tiri Biadab di Bekasi Ini Cabuli Anak Selama 2 Tahun,  Kabur ke Tasik Ditangkap di Rumah Saudaranya

Jika hujan turun, air kerap bocor dari sela-sela atap, meski tidak sampai mengganggu aktivitas harian.

“Kamar kadang suka bocor, tapi nggak sampai bikin pindah. Selama ini masih bisa ditahan,” ujar Cicih.

Mereka belum pernah mendapatkan bantuan sosial berskala besar seperti PKH. Hanya dua kali mereka tercatat sebagai penerima bantuan langsung tunai (BLT) dari desa dan masjid sekitar. Itu pun tidak berlangsung rutin.

Untuk listrik, warga sekitar yang masih peduli membantu mengalirkan sambungan dari rumah belakang jembatan.

Cicih mengaku tidak pernah merasa takut tinggal di kolong jembatan. Meski sesekali menyaksikan hal-hal aneh di malam hari atau kemunculan binatang seperti ular, ia sudah terbiasa.

0 Komentar