Indra Sjafri Soroti Regulasi Pemain Asing Super League: “Perlu Dikaji Lebih Dalam”

Indra Sjafri
Pelaksana tugas Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri
0 Komentar

kbeonline.id – Musim baru belum dimulai, namun kompetisi Super League 2025-2026 —nama anyar Liga 1— sudah memantik perdebatan panas. Bukan karena drama transfer atau persaingan antarklub, melainkan kebijakan terbaru terkait kuota pemain asing.

PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator liga resmi menetapkan bahwa setiap klub kini boleh mendaftarkan hingga 11 pemain asing, dengan delapan pemain di antaranya bisa langsung masuk dalam Daftar Susunan Pemain (DSP) dalam satu laga.

Direktur Utama LIB, Ferry Paulus, menyebut kebijakan ini dirancang demi mendongkrak daya saing klub Indonesia di level Asia. Ini menjadi bagian dari ambisi jangka panjang untuk membawa sepak bola nasional ke panggung lebih tinggi, meniru langkah-langkah berani seperti yang dilakukan Arab Saudi.

Namun, pertanyaannya: apakah Indonesia siap?

Baca Juga:Jordi Amat Puji Super League: Kompetisinya Ketat dan Menantang!Dipertahankan! Pemain Keturunan Belanda-Indonesia Tetap Jadi Bagian Persis Solo

Pelaksana tugas Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri, menanggapi kebijakan ini dengan sikap terbuka namun waspada. Ia menekankan pentingnya kajian menyeluruh sebelum menerapkan keputusan besar yang berpotensi memengaruhi arah pembinaan pemain lokal.

“Aturan dari AFC tidak semuanya harus diikuti. Tapi kalau liga mengikuti model itu, pasti ada plus-minusnya. Itu yang harus dipelajari dulu dampaknya,” ungkap Indra kepada Antara, baru-baru ini.

Sebagai sosok yang telah lama bergelut di level pengembangan pemain usia muda, Indra mengingatkan agar kritik terhadap kebijakan ini disampaikan secara konstruktif, bukan asal-asalan di ruang publik.

“Kalau ada yang keberatan, sampaikan ke PSSI. Tidak perlu jadi polemik yang tidak perlu,” tegasnya.

Meski Indra mencoba meredam, suara penolakan tetap bergema dari berbagai kalangan. Kritik datang dari pengamat, pelatih, hingga mantan pemain yang menilai regulasi ini prematur, terutama karena belum adanya fondasi kuat berupa pembinaan usia dini dan infrastruktur kompetitif yang merata.

Kekhawatiran terbesar adalah menyempitnya kesempatan bermain untuk pemain lokal, terutama mereka yang masih muda. Sebab dengan delapan slot asing di lapangan, ruang bagi talenta lokal makin terbatas.

Di sisi lain, regulasi ini juga menimbulkan tantangan dari sisi finansial. Klub-klub besar dengan sumber daya melimpah mungkin menyambut hangat kebijakan ini. Tapi bagi tim-tim dengan bujet terbatas, mengejar kuota 11 pemain asing bisa menjadi beban finansial baru, dan berisiko merekrut tanpa seleksi kualitas yang ketat.

0 Komentar