KBEonline.id – Bahaya populisme tidak hanya di politik dan ekonomi. Tapi bisa merambah ke dunia pendidikan. Dengan carut marut SPMB SMA di Jabar sekolah swasta di Karawang mengeluh untuk bertahan di Tengah Kebijakan populis KDM itu.
Proses penerimaan siswa baru yang dibalut judul Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tingkat SMA/SMK sederajat telah usai.
Hasilnya, sekolah-sekolah swasta bergelimpangan. Kebijakan Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) benar-benar mematikan nyala api mereka.
Baca Juga:5 Wisata Kuliner Internasional di Taman Galuh Mas: Dari Steak Eksklusif hingga Ramen Autentik yang Wajib DicobAda Sungai Misterius yang Mengalir di Dasar Laut, Bukan di Daratan!
Mengelola sekolah swasta dengan kebijakan sebelumnya saja sudah berdarah-darah, kini ditambah dengan kebijakan baru KDM yang bikin sekolah negeri penuh sesak.
Satu per satu pengelola sekolah swasta di Jawa Barat mulai bersuara. Ada yang mengadu ke dewan, ada yang menggelar aksi, tak sedikit juga yang takut mengkritik karena diancam bakal ‘dipersulit’ mengakses program-program bantuan pemerintah jika ikut bersuara.
KDM memang kejam. Dia menyelamatkan nasib anak-anak yang terancam putus sekolah dengan kebijakan yang membunuh sekolah swasta.
Imbauan sekolah gratis negeri-swasta saja sudah menuai polemik. Kini ditambah lagi dengan penambahan kuota sekolah negeri yang jelas-jelas berdampak pada keterisian sekolah swasta.
Di Karawang, kebijakan ini berdampak sangat signifikan. Di SMK IPTEK Cilamaya misalnya. Sekolah pilihan favorit warga pesisir Karawang ini hampir tidak pernah sepi peminat setiap penerima siswa baru.
Angka rata-rata penerimaan mereka tembus 500 siswa per tahun ajaran baru. Kini, akibat kebijakan KDM itu angkanya turun drastis. Bahkan bisa jadi tidak sampai 400 siswa.
Saudara SMK IPTEK Cilamaya, yaitu SMK INOTEK Tempuran lebih parah lagi. Sampai waktu penutupan pada 10 Juli 2025 kemarin, baru ada 18 siswa yang mendaftar.
Baca Juga:Siap-siap, Tanggal 14 sampai 27 Juli 2025 Polres Karawang Gelar Razia Kendaraan, Target 7 PelanggaranPenjahat Lingkungan Pelaku Pencemaran Kali Cilemahabang Berganti-ganti, DLH Kabupaten Bekasi Kalang Kabut
Jangankan untuk dua rombel, untuk mengisi satu ruang kelas standarnya 30 siswa saja masih kurang. Demikian juga tetangga SMK IPTEK Cilamaya yaitu SMK Yisca. Pihak pengelola terang-terangan akan mengibarkan bendera putih.
Di wilayah Cikampek hingga Kota Baru juga demikian. Kepala sekolah SMA/SMK Negeri yang takut nama sekolahnya disebut mengaku kewalahan dengan kebijakan KDM ini.
Selain mengurangi jumlah siswa didik, kebijakan ini juga merugikan sekolah swasta pada saat proses pendaftaran.