Langkah awal yang kujalani adalah terapi injeksi secretome. Ini bukan jenis terapi yang sering kudengar sebelumnya, tapi penjelasan tim medis membuatku merasa yakin. Secretome, yang berasal dari faktor pertumbuhan alami tubuh, membantu mencegah perburukan nyeri di area yang rawan cedera. Prosesnya cepat, nyaris tanpa rasa sakit, dan aku bisa pulang pada hari yang sama. Rasa nyeri memang belum hilang saat itu, tapi aku mulai merasa bahwa tubuhku diberi kesempatan untuk pulih dengan cara yang lembut.
Beberapa hari kemudian, aku kembali untuk terapi lanjutan, termasuk injeksi PRP. Kali ini darahku diambil, diproses hingga hanya tersisa keping darah kaya plasma, lalu disuntikkan kembali ke bagian tubuh yang mengalami nyeri. Rasanya unik, seperti memberi kesempatan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Setiap kali aku menjalani prosedur ini, aku merasa semakin dekat dengan pemulihan yang kuharapkan.
Yang paling membekas dari seluruh proses adalah sesi fisioterapi. Di ruangan yang terang dan nyaman, aku dipandu oleh terapis berpengalaman yang tak hanya memberiku latihan, tapi juga menyemangati setiap gerakanku. “Semua proses butuh waktu, yang penting kamu konsisten, ya,” kata seorang terapis kepadaku sambil membantuku menyesuaikan posisi duduk. Kalimat itu terdengar sederhana, tapi di tengah kelelahan fisik dan mentalku, kata-katanya seperti suluh yang membangkitkan semangat.
Baca Juga:Lagi Cari Parfum yang Unik dan Branded? Fix, Mampir Aja ke Perfumes Outlet by Aura di Grand Outlet KarawangRahasia 8 Kuliner Taman Galuh Mas Karawang: Dari Makan di Pesawat hingga Ramen Favorit yang Bikin Nagih!
Latihan demi latihan kulakukan. Awalnya aku kesulitan menekuk punggung tanpa rasa sakit, tapi seiring waktu, tubuhku mulai merespons. Ketegangan otot perlahan mengendur. Aku juga mencoba hidroterapi, terapi air yang membuat tubuhku lebih rileks. Di dalam kolam hangat, setiap gerakan terasa ringan, seperti tubuhku sedang diajak berdamai dengan rasa nyeri yang selama ini menempel erat.
Tak hanya perawatan fisik, aku juga mengikuti sesi edukasi yang digelar oleh RS Lira Medika. Di sana, aku bertemu banyak pasien lain dari latar belakang yang berbeda, namun dengan keluhan yang serupa. Ada pekerja pabrik, guru, bahkan pengemudi ojek daring. Kami saling berbagi cerita, saling menyemangati. Melalui diskusi yang dipandu oleh tim KABARI, kami diajarkan cara mengenali gejala nyeri sejak dini dan bagaimana menyesuaikan gaya hidup agar tidak memperparah kondisi tubuh.