Musim Penghujan, Warga Diimbau Waspadai Penyakit Menular Leptospirosis hingga Gigitan Ular

Banjir di Dusun Pangasinan
Banjir di Dusun Pangasinan Karawang. --KBE--
0 Komentar

KARAWANG,KBEonline.id – Musim hujan yang disertai banjir bukan hanya menyebabkan kerusakan infrastruktur, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit menular dari hewan, seperti leptospirosis akibat air tercemar urin tikus serta kasus gigitan ular yang cenderung naik. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap dua ancaman ini.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Karawang, dr. Yayuk Sri Rahayu, menjelaskan bahwa leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia, terutama melalui bakteri Leptospira yang keluar bersama urin tikus. Penyakit ini mulai terdeteksi di beberapa wilayah pascabanjir.

“Leptospirosis ini bisa masuk ke tubuh melalui luka terbuka atau selaput lendir seperti mata, hidung, dan mulut saat kontak dengan air yang terkontaminasi,” ujar dr. Yayuk saat ditemui pada Senin (14/6/2025).

Baca Juga:Cuma Modal Scroll HP! Ini Dia 10 Aplikasi Penghasil Saldo DANA Terbaik 2025, Cocok Buat 'Kaum Rebahan'Prakiraan Cuaca Jawa Barat Pagi-Malam, Selasa 15 Juli 2025: 6 Wilayah Ini Diprediksi Hujan Ringan, Waspada!

Gejala awal yang muncul bisa berupa demam mendadak, nyeri otot terutama di betis dan punggung, mual, muntah, hingga mata merah. Bila tidak segera ditangani, bisa berkembang menjadi kondisi serius seperti penyakit kuning, perdarahan, gangguan pernapasan, hingga radang otak. Meski demikian, belum ada laporan resmi kasus leptospirosis di Karawang hingga saat ini.

Sementara itu, data Dinas Kesehatan menunjukkan kasus gigitan ular tercatat cukup tinggi sepanjang 2025. Dari Januari hingga pertengahan Juli, tercatat 66 kasus dengan rincian di bulan Januari 14 kasus, Februari 7, Maret 10, April 6, Mei 13, Juni 10, dan Juli 6 kasus.

Dalam penanganan pertama kasus gigitan ular, dr. Yayuk menegaskan pentingnya imobilisasi bagian tubuh yang tergigit. Ia menyarankan agar korban tidak banyak bergerak dan segera difiksasi menggunakan alat sederhana seperti spalk agar racun tidak menyebar.

“Jangan diikat kencang atau diisap lukanya, cukup dibalut dan diamkan bagian yang tergigit. Posisi tubuh juga sebaiknya tetap sejajar dan tidak diangkat tinggi,” jelasnya.

Gigitan ular, kata dia, dapat bersifat hematotoksik yang menyerang sistem peredaran darah atau neurotoksik yang mengganggu sistem saraf. Penanganan medis lanjutan harus disesuaikan dengan jenis bisa ular yang menggigit.

Di sisi lain, drh. Dian Kurniasih, dokter hewan, mengingatkan bahwa hewan peliharaan seperti kucing dan anjing juga berisiko tertular leptospirosis, terutama jika bermain di air banjir atau memakan tikus yang terinfeksi. Hewan bisa membawa bakteri tanpa menunjukkan gejala yang jelas.

0 Komentar