Sebagai bentuk respons atas meningkatnya fenomena tawuran, Pemkab Bekasi sejak akhir 2024 menginisiasi program pembinaan semi-militer terhadap anak-anak yang terlibat tawuran. Dalam program yang digelar di kawasan Jababeka dan didukung Kemenkominfo ini, sebanyak 200 anak dikirim untuk menjalani pendidikan disiplin.
“Ini bahkan dilakukan sebelum ada inisiatif serupa dari provinsi. Tapi dalam evaluasi terakhir, kami justru temukan bahwa banyak anak yang dikirim bukan pelaku, malah siswa aktif dan pengurus OSIS,” beber Fahrul.
Kondisi itu membuat program pembinaan perlu dievaluasi menyeluruh agar tidak salah sasaran. Karena itu, Pemkab melalui Kesbangpol sebagai leading sector masih melakukan kajian untuk kelanjutan program tersebut pada 2025.
Baca Juga:Membanggakan, Atlet AKTI Kabupaten Karawang Wakili Jawa Barat di Fornas VIII NTB 2025Update Transfer Super League 2025/2026: Persija dan Persib Habis-habisan Berburu Pemain Asing!
Selain pendampingan hukum dan rehabilitasi, DP3A juga menggencarkan kampanye pencegahan dengan menyasar keluarga, khususnya orang tua. Fahrul mengatakan, sebagian besar kejadian tawuran terjadi pada malam hari, terutama setelah pukul 10 malam.
“Kami buat flyer, ajak orang tua pastikan anaknya sudah di rumah jam 9 malam. Ini sederhana, tapi berdampak. Banyak kejadian justru karena anak dibiarkan keluyuran malam hari,” tuturnya.
Bagi DP3A, anak tetaplah anak, bahkan jika ia pelaku kekerasan. Penegakan hukum harus menjadi jalan terakhir atau ultimo remedium.
“Kalau bisa restoratif justice dulu. Kalau bisa dikembalikan ke keluarga, kenapa harus dihukum berat? Karena kalau sampai ada catatan kepolisian, itu bisa berdampak panjang ke masa depan mereka,” imbuhnya.
Fahrul menyebut, mayoritas kasus yang masuk ke pihaknya masih didominasi oleh perundungan (bullying) di sekolah, kekerasan seksual, dan KDRT. Tawuran memang lebih sedikit, tapi dampaknya sangat mencolok.
“Kalau tawuran, dampaknya bisa sampai nyawa. Tahun 2024 ada yang meninggal di Cikarang Selatan, Pebayuran, Kedungwaringin. Ini jadi alarm besar bagi kita semua,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, tawuran remaja yang semakin marak di Kabupaten Bekasi tak hanya berlangsung di jalanan, tapi juga disiarkan langsung melalui media sosial. Kelompok-kelompok remaja seperti “Enjoy Setu” menjadikan Instagram sebagai ruang tantangan dan arena unjuk kekuatan. Di balik layar live streaming, perencanaan kekerasan justru semakin rapi melalui pesan langsung (DM).