Gubernur Jabar Larang Siswa Membawa HP ke Sekolah, Antara Ketertiban dan Tantangan di Era Digital

Larangan Membawa HP ke Sekolah, Untuk Ketertiban atau Tantangan di Era Digital?
HP dianggap sebagai biang kerok dari menurunnya fokus belajar, namun di sisi lain sebagian siswa mempertanyakan apakah pelarangan ini relevan di tengah dunia pendidikan yang semakin terdigitalisasi? (pinterest)
0 Komentar

KBEonline.id – Bagi siswa zaman sekarang, meninggalkan rumah tanpa HP ibarat berangkat sekolah tanpa sepatu. Tapi mulai 2 Mei 2025, tepat di Hari Pendidikan Nasional, Gubernur Jawa Barat menetapkan aturan yang membuat banyak siswa SD dan SMP harus mulai belajar “berpisah” sementara dari ponsel pintarnya saat di sekolah.

Bayangkan kamu sedang duduk di bangku SMA, tugas dari guru menumpuk, info kelas disebar lewat WhatsApp, dan materi pelajaran ada di YouTube atau Google Classroom.

Tapi satu hal yang kamu andalkan untuk semua itu (smartphone) malah dilarang masuk ke sekolah. Ini bukan skenario fiksi. Di beberapa sekolah di Jawa Barat, aturan larangan membawa HP kembali diberlakukan, dan tentu saja langsung memantik berbagai reaksi.

Baca Juga:Kenapa Ya Anjing Suka Tidur di Kaki Pemiliknya? Ini Jawabannya Bikin Hati Meleleh!Para Kreator Kumpul, Galaxy S25 Edge Hadir sebagai Perangkat Andalan bagi Para Pembuat Konten

Di satu sisi, banyak pihak menyambut aturan ini dengan dukungan penuh. HP dianggap sebagai biang kerok dari menurunnya fokus belajar, meningkatnya perilaku tidak disiplin, hingga munculnya kasus-kasus perundungan digital. Tapi di sisi lain, sebagian siswa mempertanyakan apakah pelarangan ini relevan di tengah dunia pendidikan yang semakin terdigitalisasi?

Tujuan Larangan Ini Apa ?

Kalau dilihat dari sudut pandang sekolah dan guru, larangan ini punya tujuan yang jelas untuk mengembalikan fokus belajar di kelas. Banyak guru yang mengeluhkan susahnya mengajar karena perhatian siswa terpecah.

Beberapa main game, yang lain asyik scroll media sosial, dan sisanya sibuk merekam atau memotret tanpa izin. Aktivitas ini bukan cuma mengganggu, tapi juga bisa menumbuhkan kebiasaan yang merusak etika dan konsentrasi belajar.

Dengan tidak adanya HP di tangan siswa, sekolah berharap suasana kelas jadi lebih tenang, interaksi antarsiswa meningkat, dan suasana belajar bisa kembali ke esensinya yakni belajar bersama secara aktif, bukan sekadar hadir secara fisik tapi pikiran teralihkan ke dunia digital.

Tapi Bukankah HP Juga Alat Belajar?

Di sinilah muncul keraguan dari banyak siswa dan juga sebagian orang tua. Karena nyatanya, HP tak hanya berfungsi sebagai hiburan, tapi juga sudah menjadi salah satu sarana belajar paling praktis dan terjangkau.

0 Komentar