Sekolah Swasta di Jabar Banyak yang Sepi Peminat, Bagaimana Solusinya?

Ilustrasi suasana kelas sepi sekolah swasta di Jawa Barat
Ilustrasi kelas sepi yang terasa di sekolah swasta Jawa Barat, jumlah siswa baru yang diterima sekolah swasta turun drastis. Krisis ini bukan hanya soal angka siswa atau kapasitas kelas. (pinterest)
0 Komentar

Guru pun terdampak. Jam mengajar menjadi berkurang, yang artinya tunjangan sertifikasi pun ikut terdampak. Belum lagi ancaman pemutusan hubungan kerja jika sekolah akhirnya tak mampu membiayai staf pengajar dan administrasi.

Tapi Ini Bukan Soal Menyalahkan

Penting untuk diingat, kebijakan penambahan rombel ini dibuat dengan niat baik yakni mencegah anak putus sekolah. Tidak semua daerah memiliki cukup sekolah negeri, dan daya tampung yang terbatas sempat menjadi kendala tahunan. Pemerintah daerah mencoba merespons dengan cepat agar tidak ada siswa yang tertinggal.

Namun, di sisi lain, sekolah swasta yang selama ini menjadi mitra penyelenggara pendidikan justru terkena imbasnya. Di sinilah muncul pertanyaan besar, mungkinkah ada jalan tengah?

Baca Juga:Gubernur Jabar Larang Siswa Membawa HP ke Sekolah, Antara Ketertiban dan Tantangan di Era DigitalJam Masuk Sekolah 06.30, Apa yang Perlu Dipahami oleh Siswa Guru dan Orang Tua?

Mencari Solusi Bersama

Beberapa pihak mengusulkan agar pemerintah daerah melibatkan sekolah swasta sebagai mitra resmi, misalnya melalui subsidi silang, beasiswa untuk siswa tak mampu yang bersekolah di swasta, atau bahkan skema kerja sama jangka panjang.

Sebab, kenyataannya tidak semua sekolah swasta “kalah bersaing.” Masih banyak yang menawarkan program unggulan, lingkungan belajar yang kondusif, dan pendampingan personal bagi siswa. Sayangnya, potensi ini seringkali kalah oleh isu biaya dan kuota besar di sekolah negeri.

Membiarkan sekolah swasta bertahan sendiri dalam kompetisi yang semakin timpang, tanpa dukungan kebijakan yang berimbang, bisa berakibat pada kerugian besar dalam jangka panjang, terutama bagi keberagaman dan pemerataan akses pendidikan.

Krisis ini bukan hanya soal angka siswa atau kapasitas kelas. Ini tentang bagaimana sistem pendidikan kita merespons perubahan, tentang keseimbangan antara solusi jangka pendek dan keberlanjutan jangka panjang. Ketika satu sisi ditambah kekuatannya, sisi lain jangan sampai dibiarkan melemah.

Karena jika sekolah-sekolah swasta yang selama ini menopang sebagian besar kebutuhan pendidikan mulai tumbang satu per satu, maka sistem pendidikan itu sendiri yang akan kehilangan pijakan penting. (L. Fidini Rizqi)

0 Komentar