KBEonline.id – Sejarah tergantung politik. Kadang pahlawan dan pengkhianat dalam sejarah selalu ditentukan arah politik. Banyak tokoh pejuang rakyat yang dicap pengkhianat karena beda arah politik. Mari menyusun lagi kepingan sejarah melalui literasi Leila S. Chudori, seorang penulis tanah akhir yang akhir-akhir ini seringkali diperbincangkan oleh pegiat literasi dan masyarakat umum.
Ia merupakan sastrawan yang telah menghasilkan berbagai karya yang selalu menyisipkan kepingan sejarah Indonesia.
Karya-karya yang telah dihasilkan memberikan pengetahuan bagi pembaca terhadap sejarah Indonesia yang tidak sepenuhnya muncul dalam buku pelajaran sekolah.
Baca Juga:4 Buku Karya Ahmad Tohari Menumbuhkan Nilai Moral dan Nurani!Polres Karawang Bangun SPPG, Wujud Nyata Dukung MBG
Lewat narasi yang kuat, karakter tokoh yang mendalam, dan latar cerita yang hidup, membuat pembaca kerap kali terhanyut pada emosional dan realitas politik Indonesia.
Berikut ini empat buku karya Leila S. Chudori yang wajib menjadi daftar bacaanmu di waktu luang:
1. Namaku Alam (2023)
Novel yang baru terbit ini merupakan spin-off dari novel yang berjudul “Pulang”. Menceritakan tentang tokoh bernama Sagara Alam, seorang anak dari tanahan politik yang membuatnya hidup dipenuhi oleh diskriminasi sebagai ‘anak pengkhianat negara’.
Buku ini juga berisi tentang masa rezim orde baru yang berupakan kritikan terhadap hak asasi manusia. Tak hanya itu, terdapat juga isu-isu perempuan “Namaku Alam” adalah novel penuh kritik sosial yang emosional dan menggugah nurani.
2. Laut Bercerita (2017)
Meski sudah terbit delapan tahun yang lalu tetapi minat pembacanya semakin tinggi sampai saat ini di tahun 2025.
Kisah yang menceritakan tokoh bernama Biru Laut, tokoh aktivis mahasiswa yang melantangkan keadilan bersama teman-temannya pada waktu menjelang reformasi 1998. Kisah ini menggambarkan perjuangan para pemuda dalam melantangkan suara rakyat yang tertindas di tengah tekanan rezim. Leila S. Chudori memperlihatkan kisah Biru Laut tentang ketegangan, harapan, bahkan tertindasnya kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia.
Novel Laut Bercerita saat ini sudah mengalami beberapa kali cetak ulang dan sudah diadaptasi ke dalam film pendek yang tidak ditayangkan secara komersil melainkan acara nonton bareng dan diskusi publik.