Menurut Uswatun, banjir di Artera datang dari dua sumber. “Kalau hujan lokal, blok FF sudah pasti banjir karena paling rendah. Tapi kalau semua area tergenang, itu banjir kiriman dari blok-blok atas.” ujarnya.
Bahkan saat hujan tidak deras pun, air bisa menggenang di jalan dan masuk rumah karena kendaraan lewat. “Kalau motor atau mobil lewat, cipratannya masuk. Akses jadi lumpuh duluan,” ujarnya.
Uswatun dan warga lain sudah berusaha mengadukan hal ini. Mereka mengirim surat ke ajudan Wakil Gubernur Jawa Barat, bahkan menggelar aksi unjuk rasa ke kantor pengembang, PT Prisma. Namun hasilnya mengecewakan.
Baca Juga:306 Kasus Kusta Aktif di Bekasi, Puskesmas Terbaik Akan Dapat Hadiah Rp50 JutaBupati Bekasi: Penanganan Banjir Perumahan The Arthera Hill 2 Masih Tanggung Jawab Pengembang
“Kami tidak pernah bertemu dengan owner. Hanya HR yang datang. Mereka bilang tanggul sudah dibangun maksimal, tapi kenyataannya tidak cukup,” kata Uswatun.
Ia berharap pemerintah daerah terutama Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk turun langsung ke lokasi. “Kami ingin mereka melihat sendiri kondisi di sini dan bantu suarakan ke developer. Kami butuh solusi, bukan janji lagi.” ucapnya.
Kini, pilihan yang tersisa bagi Uswatun dan keluarganya adalah meninggalkan rumah impian itu. “Kami maunya relokasi atau angkat kaki. Ini bukan lahan perumahan, ini lahan perairan. Nggak mungkin kami terus tinggal di tempat yang bikin cemas setiap hari.” pungkasnya. (Iky)