KBEonline.id – Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang dari berbagai fakultas berkolaborasi dengan Kelompok Tani Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menyelenggarakan kegiatan tradisional Kala Gumarang.
Kegiatan gotong royong membasmi hama tikus pada lahan padi musim kemarau ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa UBP di Desa Ciranggon dilakukan mulai dari tanggal 19 Juli hingga 27 Juli 2025.
Dengan dukungan aparat desa, kegiatan ini berhasil menangkap ratusan tikus hama yang mengancam produksi pangan.
Baca Juga:Wamen BUMN Ajak Mahasiswa Baru UNSIKA Percaya Diri dan Profesional, Tanpa Lewat Orang DalamPGN Sukses Gelar GasKita Sadayana di Karawang, Ajak Warga Hidup Sehat dan Gunakan Energi Bersih
Tradisi Kala Gumarang merupakan Strategi Partisipatif dan Ekologis dan Kala Gumarang dirancang sebagai Strategi Pengendalian Hama Tikus Berbasis Partisipatif dan Ekologis guna melindungi produksi pangan petani.
Wakil Ketua KKN UBP, Kania, menyampaikan, program ini menjadi solusi atas meledaknya populasi hama tikus sawah (Rattus argentiventer) yang merugikan petani selama musim kemarau. Pendekatan partisipatif melibatkan petani dan masyarakat secara aktif dalam setiap tahapan, sementara pendekatan ekologis dilakukan melalui pemasangan rumah burung hantu (Tyto alba) sebagai predator alami tikus.
“Program ini secara tegas menolak penggunaan rodentisida kimia untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan lingkungan,” ujarnya, Minggu, 27/7/2025.
Dukungan Terhadap SDGs Desa Inisiatif Kala Gumarang sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Desa, meliputi:
1. Pengurangan kemiskinan (SDGs 1)
2. Ketahanan pangan (SDGs 2)
3. Produksi dan konsumsi berkelanjutan (SDGs 12)
4. Adaptasi perubahan iklim (SDGs 13)
5. Pelestarian ekosistem daratan (SDGs 15)
6. Kemitraan untuk mencapai tujuan (SDGs 17).
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Desa Ciranggon, Badri, mengatakan, kegiatan ini memadukan kearifan lokal, keilmuan mahasiswa, serta dukungan pemerintah desa. “Gotong royong antara akademisi, petani, dan aparat desa membuktikan bahwa pendekatan ekologis tidak hanya efektif memberantas hama, tetapi juga memperkuat solidaritas masyarakat,” jelasnya.
Keberhasilan Kala Gumarang diharapkan menjadi model pengendalian hama berkelanjutan yang dapat direplikasi di desa lain, sekaligus memperkuat ketahanan pangan tingkat desa di tengah tantangan perubahan iklim. (Siska)