KBEonline.id – Purwakarta, kota yang sering disebut sebagai kota pensiun, ternyata menyimpan sejarah panjang yang berkelindan dengan perjalanan bangsa Indonesia sejak masa kerajaan hingga era kemerdekaan.
Terletak di Jawa Barat, kota ini memiliki posisi yang strategis, yakni berada sekitar 80 kilometer dari Jakarta dan 44 kilometer dari Bandung.
Udara yang sejuk, suasana yang tenang, serta lanskap pegunungan dan persawahan membuat Purwakarta berbeda dari hiruk pikuk kota besar di sekitarnya.
Baca Juga:Jelang Agustusan dan Hari Jadi Karawang, Kanstin di 16 Km Jalan Kota Karawang Dicat DLHKPilkades Serentak di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang Digelar dengan Sistem Digital, Cek Kelebihannya
Julukan “kota pensiun” bukan tanpa alasan. Banyak orang memilih menghabiskan masa tua di sini karena atmosfernya yang damai dan tertata. Tapi lebih dari itu, Purwakarta juga dijuluki kota tasbih dan Purwakarta Istimewa. Julukan-julukan ini mengisyaratkan betapa Purwakarta tak hanya indah secara fisik, tapi juga kaya secara spiritual dan historis.
Nama Purwakarta sendiri berasal dari dua kata yakni “purwa” yang berarti permulaan, dan “karta” yang bermakna ramai atau hidup. Filosofi nama ini seolah menggambarkan bagaimana Purwakarta menjadi awal mula dari banyak peristiwa besar, baik dalam skala lokal maupun nasional.
Salah satunya adalah ketika wilayah ini dijadikan basis logistik Kerajaan Mataram saat menyerang VOC di Batavia pada abad ke-17. Sejak saat itu, wilayah ini terus menjadi sorotan.
Jejak masa lalu terlihat jelas saat melintasi jantung kota. Stasiun Purwakarta yang dibangun pada akhir abad ke-19 menjadi saksi bisu aktivitas ekonomi dan mobilitas zaman kolonial. Namun, perjalanan sejarah ini tak hanya soal infrastruktur.
Mari kita mulai dari titik nolnya, Gedung Negara. Bangunan berarsitektur perpaduan Jawa-Eropa ini berdiri megah sejak 1831 dan kini difungsikan sebagai kantor Bupati Purwakarta. Gedung ini tidak berdiri sendiri, ia bersanding langsung dengan alun-alun kota yang dibangun pada masa yang sama.
Berdasarkan catatan dari surat kabar Hindia Belanda, Javasche Courant, pada Agustus 1831, Gubernur Jenderal telah memindahkan ibu kota Kabupaten Karawang ke Purwakarta, menggantikan Wanayasa. Sejak itulah wilayah yang dulu bernama Sindangkasih ini dikenal dengan nama Purwakarta.
Sindangkasih sendiri berasal dari bahasa Sunda “sindang” yang berarti mampir, dan “kasih” yang bermakna cinta. Nama ini lahir dari kisah tutur tentang keramahan warga setempat kepada Bupati Karawang saat pencarian lokasi pemerintahan baru.