Melihat Kembali Kerajinan Keramik dari Plered Purwakarta menjadi Warisan Budaya yang Mendunia!

Kerajinan Keramik dari Plered Purwakarta menjadi Warisan Budaya yang Mendunia!
Kerajinan keramik di Plered bukan hal baru. Justru, inilah salah satu warisan budaya tertua yang dimiliki Purwakarta. Berdasarkan temuan arkeologis, kegiatan membuat gerabah di daerah ini sudah berlangsung sejak zaman Neolitikum. (gambar: disipusda purwakarta)
0 Komentar

KBEonline.id – Kalau bicara soal Purwakarta, pikiran orang mungkin langsung tertuju pada Situ Buleud atau air mancur menari Sri Baduga.

Tapi, tunggu dulu. Ada satu lagi kekayaan lokal yang diam-diam sudah mendunia dari kota kecil ini, yakni kerajinan keramik dari Kecamatan Plered.

Jangan bayangkan keramik biasa yang cuma jadi pelapis lantai, karena keramik dari Plered adalah hasil karya seni yang menyatu antara tradisi, ketekunan, dan inovasi.

Baca Juga:Ini Dia Peuyeum Bendul, Si Manis Fermentasi Khas Purwakarta yang Melegenda!Argo Bromo Tergelincir di Subang, KAI Masih Upayakan Evakuasi Penumpang dan  Minta Maaf pada Publik

Kerajinan keramik di Plered bukan hal baru. Justru, inilah salah satu warisan budaya tertua yang dimiliki Purwakarta. Berdasarkan temuan arkeologis, kegiatan membuat gerabah di daerah ini sudah berlangsung sejak zaman Neolitikum.

Bukti seperti periuk dan belanga tanah liat yang ditemukan di sekitar Cirata membuktikan kalau masyarakat lokal telah lama mengolah tanah menjadi wadah-wadah fungsional.

Perjalanan panjang itu tidak berhenti di masa prasejarah. Pada awal abad ke-20, sekitar tahun 1904, kerajinan ini mulai bergeser dari sekadar kebutuhan rumah tangga menjadi industri rumahan yang lebih terstruktur. Pusatnya berada di Desa Anjun, yang namanya sendiri berarti “tempat membuat keramik.” Dari sinilah geliat industri keramik Plered mulai menyebar.

Masa kolonial menjadi titik balik penting. Pada 1935, seorang pengusaha Belanda bernama Hendrik De Boa membangun pabrik keramik pertama di Plered. Ia memperkenalkan teknologi glasir dan pembakaran suhu tinggi, yang membuat kualitas keramik lokal naik kelas. Namun, pada masa pendudukan Jepang, industri ini sempat surut karena banyak perajin dijadikan tenaga kerja paksa.

Setelah kemerdekaan, semangat warga Plered tak padam. Tahun 1950-an menjadi era kebangkitan saat Mohammad Hatta meresmikan sanggar belajar keramik di sana. Bahkan ada kolaborasi teknologi dengan Jerman yang semakin menyempurnakan kualitas produksi.

Meski sempat mengalami kemunduran pada 1965 akibat gejolak politik, industri keramik Plered kembali bangkit di tahun 1980-an berkat inovasi produk hias dan perluasan pasar ekspor.

Sekarang, Plered dikenal sebagai salah satu sentra industri keramik terbesar di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Ada ribuan perajin dan ratusan unit usaha yang menggantungkan hidup dari tanah liat ini. Mereka memproduksi berbagai jenis keramik, dari yang paling tradisional sampai produk hias bernilai seni tinggi. Produk-produk ini bahkan sudah diekspor ke Asia, Amerika, dan Eropa.

0 Komentar