Simping Purwakarta, Jajanan Raja Sunda yang Jadi Oleh Oleh Wajib Sampe Sekarang!

Simping Purwakarta, Jajanan Raja Sunda yang Jadi Oleh Oleh Wajib Sampe Sekarang!
Di balik bentuknya yang sederhana, simping menyimpan jejak sejarah yang menarik untuk diungkap.
0 Komentar

KBEonline.id – Tak banyak camilan yang memiliki akar sejarah sedalam simping. Jika Anda pernah berjalan-jalan ke jantung Purwakarta dan mencicipi lembaran gurih berbentuk bulat pipih ini, maka Anda baru saja mencicipi warisan kuliner yang telah melintasi zaman.

Simping bukan sekadar camilan, melainkan cerminan budaya yang tumbuh dari tanah Kaum, berdekatan dengan pusat pemerintahan Kabupaten Purwakarta. Rasanya renyah, gurih, dan dalam setiap gigitannya, seakan membawa kita kembali ke masa ketika para raja Sunda duduk menikmati kudapan ini di antara pertemuan dan musyawarah adat.

Di balik bentuknya yang sederhana, simping menyimpan jejak sejarah yang menarik untuk diungkap. Menurut para penjual simping di Purwakarta, nama camilan ini berasal dari kata “sumping” yang dalam bahasa Sunda berarti “datang.”

Baca Juga:Ternyata Masih Ada Tiga SD di Setu yang Belum Direlokasi dari Proyek Tol Japek II SelatanĀ Mengibarkan Asa Lewat Jualan Bendera, dari Garut Fariz Bertahan di Karawang

Konon, kudapan ini dulu sering disajikan kepada para tamu kerajaan sebagai bentuk penghormatan, hingga kemudian disebut sebagai kue sumping. Dalam perjalanan waktu, pelafalan masyarakat berubah, dan nama simping pun melekat kuat hingga kini.

Yang memperkuat nilai historisnya, adalah kisah Haji Engkun, seorang keturunan bangsawan Sunda yang menetap di Kampung Kaum. Ia tercatat sebagai tokoh pertama yang mengembangkan simping secara komersial.

Usahanya dimulai dari lingkungan kecil yang tidak jauh dari alun-alun kota. Dari situ, aroma simping perlahan menyebar ke seluruh penjuru Purwakarta, bahkan kini menjangkau wilayah lain seperti Pasawahan dan Wanayasa.

Simping dibuat dari bahan-bahan yang sederhana namun kaya rasa. Tepung tapioka dan terigu menjadi bahan utama, dipadukan dengan santan dan berbagai macam perasa alami. Dulu, rasa simping hanya satu, yaitu kencur. Namun kini, kreativitas para pengrajin membuat pilihan rasa semakin beragam.

Mulai dari keju, gurih, udang, dan pedas untuk varian asin, hingga cokelat, pandan, durian, stroberi, dan susu untuk varian manis. Tak hanya rasa, bentuk dan ukuran simping juga semakin variatif, mengikuti tren oleh-oleh modern.

Tekstur renyah dan rasa gurih dari simping diperoleh dari proses pemanggangan yang unik. Tidak menggunakan minyak sama sekali, simping dipanggang dengan alat khusus hingga kering merata. Karena itu, meskipun dinikmati dalam jumlah banyak, camilan ini tergolong aman dan tidak membuat kolesterol melonjak. Sebuah nilai lebih di tengah maraknya camilan cepat saji yang tinggi lemak.

0 Komentar