Simping Purwakarta, Jajanan Raja Sunda yang Jadi Oleh Oleh Wajib Sampe Sekarang!

Simping Purwakarta, Jajanan Raja Sunda yang Jadi Oleh Oleh Wajib Sampe Sekarang!
Di balik bentuknya yang sederhana, simping menyimpan jejak sejarah yang menarik untuk diungkap.
0 Komentar

Sentra produksi simping yang paling terkenal berada di Jalan Baing Marzuki, Kelurahan Cipaisan, tepat di Kampung Kaum. Lokasinya sangat mudah dijangkau karena hanya berjarak beberapa ratus meter dari alun-alun kota.

Di kawasan ini, pengunjung bisa membeli langsung dari para pengrajin, bahkan berkesempatan melihat proses pembuatan simping secara langsung. Dalam suasana tradisional, aroma santan panggang dan tepung menyambut siapa saja yang datang berkunjung.

Meski telah menjadi ikon kuliner Purwakarta, nasib simping hari ini tidak secerah masa kejayaannya. Para pengrajin mulai menghadapi tantangan berat, terutama dalam hal harga bahan baku. Tepung tapioka yang dulu seharga Rp70.000 per 50 kilogram, kini melambung hingga lebih dari Rp400.000.

Baca Juga:Ternyata Masih Ada Tiga SD di Setu yang Belum Direlokasi dari Proyek Tol Japek II SelatanĀ Mengibarkan Asa Lewat Jualan Bendera, dari Garut Fariz Bertahan di Karawang

Belum lagi tambahan biaya untuk buah, rempah, dan santan segar yang menjadi andalan rasa simping. Mengingat camilan ini dibuat tanpa bahan pengawet dan pewarna buatan, maka biaya produksinya pun tidak bisa ditekan semudah itu.

Situasi ini cukup ironis. Di saat nama simping mulai dikenal di luar Purwakarta, dan mulai dijajakan hingga Karawang serta kota-kota lain, justru para pelaku usahanya mulai kesulitan mempertahankan produksi.

Beberapa bahkan memilih berhenti dan beralih usaha karena tak mampu mengejar tingginya ongkos bahan. Padahal, menurut data lokal, ada hampir 300 pengrajin simping aktif di wilayah Purwakarta yang menggantungkan hidup dari warisan kuliner ini.

Harga simping yang dijual di pasaran terbilang sangat terjangkau, hanya berkisar antara Rp5.000 hingga Rp11.000 per bungkus. Konsumen juga bisa memilih kemasan khusus berupa dus atau travel bag yang dirancang langsung oleh Pemkab Purwakarta. Kemasan ini menambah nilai estetika dan kepraktisan bagi para pelancong yang ingin membawa pulang simping sebagai buah tangan.

Ada satu hal yang patut disyukuri yakni meskipun digempur oleh tantangan modern dan naiknya biaya produksi, simping tetap mampu mempertahankan cita rasa autentiknya. Para pengrajin masih setia menggunakan bahan alami dan tidak tergoda mengganti dengan bahan sintetis.

Prinsip ini yang membuat simping tetap digemari lintas generasi, dari anak-anak sekolah hingga orang tua yang ingin bernostalgia dengan cita rasa masa kecil.

0 Komentar