Dulu Tempat Pembantaian 41 Nyawa Saat Perang Kemerdekaan,  Seperti Apa Rawagede Sekarang?

Rawagede
Monumen Rawagede
0 Komentar

Dulu saling bantu panen di sawah, sekarang saling bantu promosi dagangan di media sosial. Selain itu, mereka menginisiasi kegiatan edukasi sejarah lokal, mendampingi wisatawan yang datang ke monumen, hingga menggelar pertunjukan seni untuk mengenang para korban.

Desa ini tidak lagi hanya mengingat tragedi mereka merawatnya sebagai pelajaran, dan mengemasnya sebagai kekuatan.

Monumen Rawagede itu sendiri tak pernah sepi dari peziarah. Setiap tanggal 9 Desember, warga bersama pemerintah daerah menggelar upacara mengenang para korban. Bukan hanya seremonial, tapi sungguh terasa sebagai momen reflektif untuk tahu mengapa mereka bisa berdiri hari ini.

Baca Juga:Bebek Kaleyo Galuh Mas Karawang, Tempat Makan Bebek Enak yang Bikin Ketagihan!DLHK Karawang Pastikan Pelaksanaan Proyek Pengecetan Kanstin Sesuai Prosedur dan Tepat Waktu

Kini, Rawagede bukan lagi desa yang tertunduk karena luka. Ia tumbuh menjadi desa yang tegak karena ingatan. Kehidupan sosialnya terus bergerak maju, tapi tak melepaskan akar sejarah. Dari pembantaian ke pendidikan, dari trauma ke perubahan.

Rawagede adalah bukti bahwa desa pun bisa jadi penjaga sejarah, pelaku perubahan, dan inspirasi bagi generasi yang lebih luas. Karena sejarah bukan untuk dilupakan, tapi untuk jadi fondasi masa depan. (rafi Abidin)

0 Komentar