KBEonline.id- Sejarah memang tidak berlangsung hitam putih. Ada banyak warna. Itu juga saat Bung Karno menangis piu ketika harus tandatangani SK Hukuman Mati Kartosuwiryo. Teman berdebat dan man satu kosan.
Dalam sejarah Perjuangan Indonesia Kartosuwiryo adalah seorang pemimpin gerakan DI/TII.
Ia dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Mahkamah Darurat Perang (Mahadper) pada 16 Agustus 1962 silam. Keputusan itu diiringi tangisan Bung Karno.
Baca Juga:Lomba Lari 5 dan 10 Km Guardian Run 2025 Siap Digelar, Ajak Konsumen Bergerak Aktif dan Tampil Percaya DiriTarian Pencegah Batuk, Komix Herbal Ajak Gen Z Siap Hadapi Musim Batuk dengan Cara yang Fun
Hal itu dikarenakan Bung Karno harus menandatangani surat hukuman mati pria bernama lengkap Sukarmadji Maridjan Kartosoewirjo tersebut.
Seperti dikisahkan, Kartosoewirjo adalah teman sekosan dan seperjuangan Bung Karno, bahkan ada yang menyebut mereka merupakan sahabat dekat.
Operasi terhadap gerakan yag menamakan diri Darrul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di wilayah Jawa Barat menjadi operasi militer yang istimewa bagi Yonif Linud 328 karena berlangsung di wilayah sendiri.
Operasi militer yang dilancarkan mulai 1948 hingga 1962 itu termasuk operasi yang panjang karena begitu banyaknya daerah yang telah dikuasai oleh DI/TII.
Upaya Yonif Lanud 328 dan satuan Divisi Silliwangi untuk meredam DI/TII pun dilakukan secara bertahap. Penyergapan terhadap pimpinan DI/TII SM Kartosoewirjo bahkan merupakan operasi paling terakhir dan dikenal dengan nama Operasi Barata Yudha dengan target menumpas DI/TII hingga ke akar-akarnya.
Upaya untuk menangkap Kartosoewirjo terjadi pada 2 Juni 1962 di sebuah kawasan kaki di Jawa Barat. Saat itu, Kartosoewirjo dan sejumlah kecil pengikutnya sudah makin terdesak akibat taktik Operasi Pagar Betis Linud 328.
Setelah merampok untuk kebutuhan logistik, kelompok Kartosoewirjo segera masuk ke kawasan gunung untuk bersembunyi. Satu kompi pasukan Linud 328 yang dipimpin Letda Suhanda, setelah mempelajari jejak yang ditinggalkan di lokasi perampokan, melakukan pegejaran.
Baca Juga:Rasakan Sensasi Artjog, Event Tahunan yang Selalu Ditunggu Wisatawan saat Berkunjung ke JogjaTerbukti Pelanggaran Berat, Tapi Butuh 64 Tahun Sampai Belanda Bilang Maaf ke Penduduk Rawagede
Dengan bekal jejak-jejak yang ditinggalkan gerombolan Kartosoewirjo, secara perlahan tapi pasti, pasukan pengejar itu berhasil mendeteksi persembunyian Kartosoewirjo.
Untuk melakukan penangkapan terhadap gerombolan perampok Kartosoewirjo dan anak buahnya, pasukan Suhanda melakukan penelusuran dengan sangat hati-hati.
Maklum, gerombolan Kartosoewirjo memiliki senjata yang cukup lengkap dan tak segan-segan menembak orang tanpa pandang bulu.