Terbukti Pelanggaran Berat, Tapi Butuh 64 Tahun Sampai Belanda Bilang Maaf ke Penduduk Rawagede

Rawagede
Butuh 64 Tahun Sampai Belanda Bilang Maaf ke Penduduk Rawagede
0 Komentar

KBEonline.id- Siapa sangka, butuh waktu 64 tahun sampai Belanda akhirnya bilang “maaf” kepada warga Rawagede. Sebuah desa kecil di Karawang ini pernah jadi saksi pembantaian brutal dengan merenggut 431 nyawa melayang dalam satu hari.

Luka itu tak pernah benar-benar hilang, meski sejarah sempat mencoba melupakannya.

Rawagede, yang kini bernama Desa Balongsari, menjadi saksi bisu dari tragedi pada 9 Desember 1947.

Baca Juga:Megahnya Air Mancur Sri Baduga, Simbol Gemerlap Wisata dan Geliat Ekonomi Purwakarta5 Tokoh Politik dan Militer Asal Purwakarta yang Mengukir Sejarah Indonesia

Saat itu, tentara Belanda menyerbu desa dengan dalih mencari pejuang Republik.

Tapi yang terjadi justru pembantaian warga sipil secara membabi buta. Para pria dikumpulkan dan ditembak tanpa proses hukum. Tangisan pada hari itu terus dikenang oleh mereka yang selamat.

Selama puluhan tahun, peristiwa itu seperti dilupakan. Tapi ingatan warga Rawagede, terutama para penyintas dan keluarga korban tak pernah padam.

Mereka terus memperjuangkan agar dunia tahu, agar luka itu tak ditutup rapat oleh waktu.

Sampai akhirnya, pada 9 Desember 2011, sejarah mencatat momen langka tersebut. Duta Besar Belanda untuk Indonesia saat itu, Tjeerd de Zwaan, datang langsung ke Balongsari. Di depan warga dan para saksi hidup, ia mengucapkan permintaan maaf atas kekejaman tentara Belanda pada masa kolonial.

Dalam suasana yang hening dan penuh haru, Tjeerd de Zwaan menyatakan mewakili pemerintah dan rakyat Belanda meminta maaf yang tulus dan mendalam atas tragedi pembantaian ini.

Bukan cuma permintaan maaf, pemerintah Belanda juga memberikan kompensasi berupa uang kepada beberapa ahli waris korban.

Baca Juga:Sate Maranggi Hj. Yetty, Kuliner Purwakarta yang Jika Kamu Cicipi Bikin Kamu KetagihanPolisi Hentikan Dugaan Kasus Penggelapan Dalam Jabatan Terhadap Nany Widjaja yang Dilaporkan Jawa Pos

Namun bagi banyak warga, pengakuan resmi itulah yang amat berarti. Sebuah pengakuan bahwa penderitaan mereka bukan cerita fiktif, bukan cerita yang dibuat-buat.

Hari ini, Rawagede dikenal lewat Monumen Rawagede tempat yang menjadi pengingat akan kekejaman perang dan pentingnya kemanusiaan.

Tapi lebih dari sekadar monumen, cerita ini adalah tentang keadilan yang akhirnya menemukan jalannya, meski butuh waktu yang sangat panjang. (raffi Abidin)

0 Komentar