Dua forum utama sebelum puncak perayaan HIMAS 2025 adalah Konsolidasi Perempuan Pemimpin Adat dan Konsolidasi Jurnalis Masyarakat Adat Nusantara.
Forum perempuan menjadi ruang strategis untuk memperkuat peran Perempuan Adat sebagai penjaga wilayah, hutan, dan tradisi.
Sementara itu, konsolidasi Jurnalis Masyarakat Adat Nusantara menjadi ajang berbagi strategi dan pengalaman dalam menguasai narasi serta memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat melalui media.
Baca Juga:Ingin Nyoba Makanan Jepang di Karawang? Ini Dia 5 Tempat yang Wajib Kamu KunjungiMengapa Angka Zakat Mal Masih Rendah? Ternyata Ini Penyebabnya
Pada puncak acara ini, juga dideklarasikan Asosiasi Jurnalis Masyarakat Adat Nusantara (Asosiasi JMA Nusantara) sebagai wadah resmi bagi para jurnalis Masyarakt Adat dari seluruh Nusantara, sebuah langkah penting dalam memperkuat suara komunitas dari akar rumput.
Pengakuan, Perjuangan, dan Seruan Tegas
Sekretaris Jenderal AMAN, Rukka Sombolinggi, membuka konsolidasi dengan menegaskan pentingnya pengakuan terhadap kontribusi Perempuan Adat yang kerap terabaikan dalam sejarah resmi.
“Banyak perempuan pejuang yang tidak pernah disebutkan namanya, padahal merekalah yang menjaga wilayah adat. Perjuangan perempuan adat harus mendapat pengakuan yang setara,” tegasnya.
Rukka juga menyoroti peran vital Jurnalis Masyarakat Adat. “Jurnalis Masyarakat Adat Nusantara bukan hanya pencatat peristiwa, tapi pejuang yang menghubungkan kisah-kisah dari wilayah adat ke dunia luar. Gunakan ujung pena kita untuk memperjuangkan kedaulatan di tanah leluhur.”
Dalam pidatonya pada puncak peringatan HIMAS, Rukka menggarisbawahi bahwa dunia kini mencari jalan keluar dari krisis iklim dan pangan—dan solusi itu banyak ditemukan dalam sistem pengetahuan dan praktik Masyarakat Adat.
“Bagi Masyarakat Adat, kedaulatan pangan bukan sekadar cukup makan. Ia lahir dari sistem pengetahuan yang diwariskan turun-temurun, dijalankan dengan gotong royong, dan diputuskan melalui musyawarah,” ujarnya.
Namun, Rukka juga mengecam keras proyek-proyek seperti PSN dan food estate yang justru merusak wilayah adat atas nama ketahanan pangan nasional.
Baca Juga:Saat Bung Karno Menangis Pilu Kala Tandatangan SK Hukuman Mati Kartosuwiryo, Teman Berdebat dan Satu KosLomba Lari 5 dan 10 Km Guardian Run 2025 Siap Digelar, Ayo Bergerak Aktif dan Tampil Percaya Diri
“Tempat terbaik yang dijaga Masyarakat Adat dirampas dan dihancurkan. Kita belum memiliki undang-undang yang mengakui Masyarakat Adat secara utuh. Karena itu, perjuangan mempertahankan wilayah adat harus terus digelorakan,” tegasnya.
Seruan: Sahkan RUU Masyarakat Adat!
Rukka menutup pidatonya dengan seruan yang menggema dari Kasepuhan Guradog hingga ke pusat-pusat kekuasaan: