KBEonline.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta melalui Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) menargetkan hasil produksi perikanan tangkap Perairan Umum Daratan (PUD) 1.635 ton pada tahun 2025, dengan mengandalkan dua waduk besar, yakni Waduk Jatiluhur dan sebagian wilayah Waduk Cirata.
Plt Sekretaris Diskannak Purwakarta, Fahmi, menyampaikan bahwa di Purwakarta terdapat 30 kelompok nelayan aktif dengan rata-rata hasil tangkapan mencapai 4,5 ton per hari, di mana setiap kelompok mampu menghasilkan sekitar 70 – 150 kilogram per hari; tren produksi yang stabil ini membuat target tahunan dinilai realistis untuk dicapai.
“Dengan capaian harian produksi hasil tangkap di PUD yang dapat mencapai 150 kilogram, kami yakin target 1.635 ton di tahun 2025 bisa direalisasikan,” ujar Fahmi, Senin, 11/8/2025.
Baca Juga:Rekomendasi HP Murah RAM 12GB Harga Mulai Rp2 Jutaan Terbaik Agustus 2025, Kamera Jernih Cocok untuk Ngonten!Rekomendasi HP Snapdragon Rp 2 Jutaan RAM 8/256GB, Performa Ngebut Harga Ramah Kantong Pelajar
Ia menjelaskan, aktivitas nelayan di Purwakarta banyak terpusat di dua waduk besar yang menjadi sumber utama perikanan tangkap, yaitu Waduk Jatiluhur dan sebagian wilayah Waduk Cirata. “Kedua waduk ini menjadi tumpuan utama para nelayan dalam memenuhi kebutuhan ikan hasil tangkapan di Purwakarta,” kata Fahmi.
Sementara untuk jenis ikan yang paling banyak ditangkap adalah nila, patin, gabus, dan sebagian lobster air tawar. Jenis-jenis ikan ini memang menjadi komoditas unggulan dari sektor perikanan tangkap di Purwakarta.
Menurutnya, hasil tangkapan tersebut tak hanya dipasarkan di Purwakarta saja, tetapi juga dikirim ke wilayah lain seperti Karawang dan Bekasi yang pasarnya terus berkembang.
“Untuk ikan gabus, terutama untuk bahan baku olahan gabus pucung, permintaannya cukup tinggi. Banyak pesanan datang dari luar daerah, salah satunya dari Bekasi,” ungkap Fahmi.
Guna mendukung pencapaian target, kata dia, Diskannak terus melakukan berbagai upaya pendampingan dan penguatan kapasitas kelompok nelayan. Salah satunya melalui pelatihan rutin terkait teknik penangkapan, pengolahan hasil, dan manajemen kelompok.
“Kami juga dorong nelayan untuk beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan. Itu penting agar kelestarian sumber daya ikan tetap terjaga,” katanya.
Dalam sosialisasi yang dilakukan, nelayan diingatkan untuk tidak menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan seperti penggunaan bahan beracun dan setrum. Praktik semacam itu dilarang keras karena dapat merusak ekosistem perairan.