EKRAF Tegaskan Tak Beri Dukungan Finansial untuk Merah Putih One For All

EKRAF Tegaskan Tak Beri Dukungan Finansial
EKRAF Tegaskan Tak Beri Dukungan Finansial
0 Komentar

KBEonline.id – Gelombang kritik terhadap kualitas animasi Merah Putih: One for All terus bergema di media sosial. Di tengah ramainya perbincangan publik, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Irene Umar memberikan klarifikasi resmi. Ia menegaskan bahwa pihak kementerian tidak mengucurkan dana untuk produksi maupun promosi film animasi tersebut, membantah tuduhan bahwa proyek ini mendapat pendanaan langsung dari pemerintah.

Irene mengakui pernah menerima kunjungan tim produksi Merah Putih: One for All, namun keterlibatannya terbatas pada pemberian masukan teknis. Saran yang ia berikan mencakup detail karakter, nuansa visual, dan peningkatan kualitas trailer, sebagai bentuk dukungan moral terhadap karya kreator lokal. Menurutnya, pemerintah hadir untuk memberikan arahan dan panduan, bukan berperan sebagai investor.

Kontroversi semakin memanas setelah beredar kabar bahwa biaya produksi film animasi ini mencapai angka miliaran rupiah. Hal tersebut memicu pertanyaan publik terkait kualitas visual yang dianggap tidak sebanding dengan besarnya dana yang dihabiskan. Perdebatan pun pecah di berbagai platform media sosial, sebagian netizen melontarkan kritik pedas, sementara sebagian lainnya mendorong agar evaluasi dilakukan secara konstruktif demi kemajuan industri animasi Indonesia.

Baca Juga:Resident Evil Reboot Garapan Zach Cregger Akan Hadir dengan Cerita Original Tanpa Leon atau JillPPATK Buka Suara Soal Pemblokiran Dompet Digital, Ini Penjelasan Lengkapnya

Klarifikasi Irene menjadi langkah penting untuk meluruskan persepsi publik sekaligus menegaskan posisi pemerintah dalam mendukung industri kreatif nasional. Ia menekankan bahwa keberhasilan sebuah film tidak hanya ditentukan oleh besar modal, tetapi juga oleh eksekusi, kekuatan cerita, kualitas animasi, dan pesan yang disampaikan kepada penonton.

Bagi para kreator lokal, momentum ini diharapkan menjadi dorongan untuk terus meningkatkan standar produksi. Kritik, bila dikelola dengan tepat, dapat menjadi sumber motivasi untuk menghasilkan karya animasi Indonesia yang lebih berkualitas dan mampu bersaing di pasar global.

Bagi pemerintah, transparansi seperti ini menunjukkan komitmen untuk menjaga integritas ekosistem perfilman nasional. Industri kreatif membutuhkan kolaborasi sehat antara kreator, penonton, dan regulator, dengan dukungan yang tepat sasaran. Sinergi antara visi kreatif, kemampuan teknis, dan kepercayaan publik menjadi kunci lahirnya karya-karya besar yang membanggakan Indonesia.

(*)

0 Komentar