Festival Tunas Bahasa Ibu, Pelajar Karawang Unjuk Kebolehan Berbahasa Sunda
Karawang – Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Sekolah Dasar (SD) Kabupaten Karawang tahun 2025 sukses digelar di SMK Rosma Karawang, Rabu (27/8/2025). Puluhan siswa dari berbagai kecamatan berkompetisi dalam beragam cabang lomba berbahasa Sunda, mulai dari nembang pupuh, ngadongeng, biantara, maca sajak, ngarang carpon, maca dan nulis aksara Sunda, hingga borangan.
Kegiatan tahunan yang digagas Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Karawang ini bertujuan menumbuhkan rasa cinta generasi muda terhadap bahasa ibu serta menjaga kelestarian budaya lokal di tengah derasnya arus digitalisasi.
Kepala Disdikpora Karawang, Wawan Setiawan Natakusumah, menegaskan bahwa festival ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah daerah dalam melestarikan bahasa Sunda di kalangan pelajar.
Baca Juga:Gak Perlu Pusing Persiapan Nikah, Finy Wedding di Galuh Mas Karawang Siap Bantu Sampai Beres!Rahasia Anak Pintar dan Kreatif? Yuk Kenalan dengan Smile Learning Center!
“FTBI bukan sekadar perlombaan, tetapi juga wadah pembinaan karakter. Kami ingin anak-anak Karawang tumbuh dengan kebanggaan menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian mereka,” ujarnya.
Ketua Panitia FTBI 2025, Rina Rustiana, menambahkan bahwa selain sebagai ruang berekspresi, festival ini juga menjadi ajang seleksi untuk tingkat provinsi.
“Para juara di tingkat kabupaten nantinya akan mewakili Karawang dalam FTBI Jawa Barat,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Pendas) Disdikpora Karawang, Yanto, menekankan pentingnya peran semua pihak dalam menjaga keberlangsungan bahasa daerah.
“Bahasa Sunda adalah identitas budaya yang harus dipertahankan. Melalui FTBI, kami ingin siswa mencintai bahasa dan budaya lokal sejak dini agar tidak kehilangan akar tradisinya,” jelasnya.
Ia menambahkan, sekolah-sekolah di Karawang terus didorong untuk memberi ruang praktik bahasa Sunda, baik dalam pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler.
“Harapan kami, para duta bahasa muda Karawang dapat mengharumkan nama daerah sekaligus menunjukkan kepedulian generasi muda terhadap warisan budaya. Prestasi itu penting, tapi kesadaran menjaga bahasa ibu jauh lebih utama,” pungkasnya.(Aufa)