Engkus menegaskan bahwa selama proses penyidikan ini pihaknya sudah menetapkan lima pelajar sebagai ABH dan satu dewasa sebagai tersangka kasus bullying yang menimpa AAI (16) pelajar kelas 10 SMKN 1 Cikarang Barat. Kini pihaknya masih memburu dua ABH yang kabur.
“kita sudah menetapkan dewasa satu, kemudian ABH lima. DPO dua orang. Yang DPO juga masih pelajar yang di Drop Out dari sekolah,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ayah korban, AAI (16), Indra, menegaskan bahwa proses hukum harus tetap berjalan. Ia menyebut, diversi tidak akan memberikan efek jera. Indra justru khawatir tindakan serupa akan menimpa pelajar lain setelah para terduga pelaku bebas dari jeratan hukum.
Baca Juga:BIADAB!! Ustaz di Babelan Tega Cabuli Anak Angkat dan KeponakanDownload Gratis! 20+ Twibbon Hari Tani Nasional 2025, Siap Dipasang di Medsos
“Keluarga besar mau proses itu tetap berlanjut. Karena kalau nggak gitu, nggak ada efek jera nantinya buat mereka dan khawatir bullying itu masih tetap berlanjut. Kita masih belum bisa menerima untuk kata-kata damai, masih belum bisa diterima di hati kami sebagai pihak keluarga,” tegas Indra belum lama ini.
Sebelum kasus ini ramai, lanjut Indra, pihaknya sudah memberi waktu dua minggu kepada pihak sekolah dan keluarga terduga pelaku untuk melakukan mediasi. Namun, menurutnya, tidak ada upaya serius dari kedua pihak.
Menurutnya, pihak keluarga terduga pelaku baru mulai menunjukkan perhatian setelah polisi menetapkan status hukum terhadap para terduga pelaku sebagai tersangka dan anak berkonflik dengan hukum.
“Keluarga pelaku udah dua kali datang, dia bilang tidak mengetahui kalau anaknya terlibat. Cuma karena di rumah saya masih banyak yang tamu, kita masih belum kepikiran ke situ aja (diversi). Keluarga pelaku minta kebesaran hati kita untuk bisa memaafkan. Ya, kami keluarga korban memaafkan, tapi hukum tetap berjalan,” tegasnya.
Penolakan terhadap diversi, menurut Indra, didasari oleh kondisi anaknya yang mengalami cedera serius dan harus menjalani operasi mulut dengan pemasangan pen di rahangnya. Ia menyayangkan pihak sekolah yang tidak sigap dalam menjaga keamanan anak-anak di lingkungan sekolah.
“Karena mereka sendiri tidak melihat, tidak mengurus dan tidak melihat secara langsung anak saya itu seperti apa kondisinya dari awal di rumah sakit sampai dioperasi sampai pakai selang, pihak keluarga pelaku dan pihak sekolah itu enggak ada yang tahu, enggak ada yang melihat sama sekali,” pungkas Indra. (Iky)