Kebijakan ini menciptakan kesinambungan antara tim utama dan akademi, memastikan setiap klub memiliki jalur pembinaan yang terintegrasi dan berkelanjutan.
I.League: EPA Jadi Laboratorium Pembinaan Pemain Muda Nasional
Direktur Kompetisi I.League, Asep Saputra, menegaskan bahwa perubahan format EPA Super League bukan hanya soal teknis pertandingan, tetapi juga bagian dari visi besar pembinaan sepak bola nasional.
“Kami ingin EPA Super League menjadi laboratorium pembinaan usia muda yang serius dan berstandar tinggi,” ujar Asep.“Dengan menambah jumlah pertandingan dan memperbaiki format, kami menciptakan lingkungan ideal bagi pemain untuk berkembang — bukan hanya dalam aspek teknik, tetapi juga mental, taktik, dan fisik sejak usia dini.”
Baca Juga:FIFA Resmi Ubah Format Jeda Internasional, PSSI dan Super League Harus MenyesuaikanPersib Bandung Tegaskan Komitmen Fair Play Usai Frans Putros Dapat Hukuman Tambahan
Asep menambahkan bahwa semakin sering pemain muda berkompetisi di level tinggi, semakin besar pula peluang mereka untuk siap bersaing di level profesional dan internasional.
Harapan Baru untuk Regenerasi Sepak Bola Indonesia
Perubahan besar ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, terutama akademi dan pelatih muda.Format quadra round robin dinilai bisa membantu pelatih menilai konsistensi pemain sepanjang musim dan memperkuat sistem scouting di tiap klub.
Dengan 903 pertandingan dalam satu musim, EPA Super League 2025-2026 bukan hanya menjadi kompetisi terbesar di level pembinaan Indonesia, tetapi juga salah satu yang paling padat di Asia Tenggara.Harapannya, dari ajang inilah akan lahir generasi baru pesepak bola Indonesia yang lebih matang dan siap membawa prestasi lebih tinggi di masa depan.