Tanggul Ubrug Purwakarta Bangkit dari Masa Lalu Menjadi Daya Tarik Wisata

Tanggul Ubrug
Ketika air waduk Jatiluhur surut, masyarakat Purwakarta justru menemukan keindahan baru. Tanggul Ubrug, pelimpah bendungan yang semula hanya berfungsi teknis, kini menjelma menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi.
0 Komentar

KBEonline.id – Tak ada yang menyangka, di balik megahnya Bendungan Jatiluhur, terdapat hamparan hijau sunyi bernama Tanggul Ubrug — tempat di mana beton tua peninggalan masa pembangunan negeri berubah menjadi ruang tenang bagi jiwa-jiwa yang ingin beristirahat dari hiruk pikuk kota. Purwakarta kembali menyimpan “harta tersembunyi” yang menarik perhatian warganet dan wisatawan lokal: Tanggul Ubrug, bagian dari Bendungan / Waduk Jatiluhur yang kini makin populer sebagai lokasi wisata alam, spot foto, dan healing. terletak di Desa Cibinong, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Dari Mega Proyek Soekarno hingga Peninggalan yang Terlupakan

Pembangunan Bendungan Jatiluhur dimulai pada tahun 1957, di masa pemerintahan Presiden Soekarno, dan selesai pada 1967 saat diresmikan oleh Presiden Soeharto. Proyek besar ini menelan biaya sekitar 230 juta dolar AS dan menjadi tonggak penting dalam sejarah pembangunan nasional, karena berfungsi untuk pengendalian banjir, penyediaan air baku, irigasi, perikanan, listrik, hingga pariwisata.

Luas genangan bendungan ini mencapai 83 kilometer persegi, dengan keliling waduk sekitar 150 kilometer pada elevasi normal. Di balik megahnya struktur utama, terdapat satu bagian yang jarang dikenal publik: Pelimpah Pembantu Ubrug, atau yang kini lebih populer disebut Tanggul Ubrug.

Baca Juga:Transportasi Paling Mudah dari Kota Bekasi ke Monas: Mulai dari KRL Commuter Line dan AKDPDi Rumah Ini Dina Oktaviani Dibunuh dan Diredupaksa Heryanto, di Kasur Ruangan Tamu

Fungsi Asli: Pelimpah Pembantu yang Tak Pernah Dioperasikan

Menurut data resmi Pemerintah Kabupaten Purwakarta, pelimpah pembantu Ubrug dirancang untuk mengalirkan kelebihan air waduk Jatiluhur apabila debitnya melebihi kapasitas utama.

Namun, pembangunan tanggul ini tidak selesai sepenuhnya seperti rencana awal — bagian pintu radial jendela pelimpah tak pernah dipasang karena keterbatasan biaya pada masa itu.

Sebagai gantinya, struktur Ubrug dibangun menggunakan beton lunak lengkung dengan elevasi maksimum +111,6 meter. Sejak selesai dibangun, pelimpah ini belum pernah dioperasikan secara penuh. Secara teknis, Ubrug adalah bagian “cadangan” dari sistem hidrologi Jatiluhur — sebuah karya teknik besar yang disiapkan untuk keadaan darurat, namun tak pernah benar-benar digunakan.

Dari Infrastruktur Senyap Menjadi Ruang Hidup Baru

Berpuluh tahun lamanya, kawasan Ubrug hanya menjadi lahan hijau di pinggir waduk, sepi dari perhatian publik. Namun, beberapa tahun terakhir, perubahan musim dan penurunan permukaan air waduk mengubah wajah kawasan ini.

0 Komentar