KARAWANG- Pemkab Karawang tengah berupaya mengunci kepastian TPAS Jalupang masuk ke dalam tahap II titik lokasi program Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) atau Waste-to-Energy (WTE) yang akan digarap oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata (Danantara) pada tahun 2026 mendatang dengan nilai total investasi Rp 300-400 miliar.
PLTSa adalah singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, yaitu fasilitas yang mengubah sampah menjadi energi listrik melalui proses pembakaran (insinerasi) atau gas metana. Prosesnya melibatkan pembakaran sampah untuk menghasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan air menjadi uap, lalu uap ini digunakan untuk menggerakkan turbin yang terhubung ke generator listrik. Selain mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), PLTSa juga bertujuan menghasilkan energi bersih sebagai energi terbarukan.
Namun sebelum menyaksikan perubahan di TPAS Jalupang di tahun-tahun mendatang, yuk kita telusuri kehidupan di balik TPAS Jalupang. Di balik aroma menyengat dan tumpukan sampah yang menjulang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Jalupang, Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru, tersimpan kisah-kisah yang mengejutkan, seperti menemukan uang Rp 6 juta di kantong plastik.
Baca Juga:Komisi IX DPR RI Desak Kemenkes Investigasi Adanya Dugaan Malpraktik di RS Hastien KarawangKarawang dan Kota Bekasi Tuan Rumah Indonesia Menari 2025, Se-Indonesia Cuma Ada di 11 Kota, Lho!
Tim Redaksi Karawang Bekasi Ekspres pernah mengikuti aktivitas salah satu pengepul sampah, Sumiyati (51), warga Desa Pangulah Utara, yang telah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari apa yang dianggap tak bernilai oleh banyak orang. Setiap pagi, Sumiyati menembus bau menyengat dan genangan sampah demi mencari penghidupan.
“Awal-awal masuk, mah eneg. Makan nggak bisa makan. Kalau udah biasa, mah biasa aja,” kenangnya sambil tersenyum getir.
Sumiyati mengisahkan bahwa menjadi pemulung bukanlah pilihan yang mudah, tapi kebutuhan hidup membuatnya bertahan. Yang mengejutkan, dari balik tumpukan sampah itu, Sumiyati dan rekan-rekannya kerap menemukan ‘harta karun’.
Salah satu kisah paling menghebohkan adalah ketika seorang temannya menemukan satu kantong plastik berisi uang tunai sebesar Rp 6 juta.
“Itu uang beneran, dapet di keresek. Waktu dihitung totalnya enam juta,” ujar Sumiyati, yang tak menyangka tempat yang dipenuhi limbah justru menyimpan kejutan besar.