KBEonline.id- Mall-mall legendaris di Kota Bekasi tutup, seperti Borobudur Plaza yang jadi nostalgia yang terkunci, Grand Mall jadi simbol megah di masa lalu.
Di tengah hiruk pikuk kota yang terus tumbuh, dua bangunan megah di jantung Bekasi kini berdiri sendu, seolah menjadi saksi bisu tentang betapa cepat roda waktu berputar.
Borobudur Plaza dan Grand Mall Bekasi dua nama yang dulu begitu akrab di telinga warga kini hanya tinggal cerita.
Baca Juga:Ribuan Penari Meriahkan Indonesia Menari 2025 di Park Mall Resinda KarawangRibuan Penari Meriahkan Indonesia Menari 2025 di Mall Pakuwon Bekasi Ikut Jadi Tuan Rumah Perdana
Mall yang pernah menjadi ikon kebanggaan warga Bekasi itu kini terdiam, tak lagi dipenuhi tawa pengunjung, denting musik promosi, atau aroma roti hangat dari tenant terkenal di masa jayanya.
Borobudur Plaza: Nostalgia yang Terkunci
Bagi warga Bekasi Timur, Borobudur Plaza di Jalan Insinyur H. Juanda bukan sekadar tempat belanja; ia adalah bagian dari ingatan kolektif.
Berdiri sejak 1993, mal berwarna oranye-merah itu dulu menjadi primadona, terutama menjelang Lebaran. Di sinilah warga berbondong-bondong membeli baju baru, berburu diskon, atau sekadar jalan-jalan sambil menikmati es krim di sela hiruk pikuk kota yang masih sederhana kala itu.
Kini, bayangan masa lalu itu seolah menguap. Dari luar, pintu-pintu mal tertutup rapat. Rerumputan liar menutupi area parkir, dindingnya mulai retak, dan papan nama besar di fasadnya tampak pudar dimakan waktu.
Safrizal (50), warga yang sudah puluhan tahun tinggal di sekitar lokasi, masih mengingat masa-masa kejayaan Borobudur Plaza dengan nada nostalgia.
“Dulu, kalau Lebaran, penuh banget. Sekarang paling buka cuma pas mau Idul Fitri. Hari-hari biasa udah enggak,” ujarnya pelan.
Ia menatap bangunan kosong itu dengan pandangan campur getir. Menurutnya, kehadiran toko daring membuat daya tarik mal seperti Borobudur kian memudar.
Baca Juga:Bupati Aep Bakal Sulap Jalupang jadi Pembangkit Listrik Tenaga SampahWaspadai Area Blindspot, Perhatikan 6 Kunci Aman Berkendara di Jalan Raya
“Online sekarang lebih murah, tinggal klik. Enggak kayak dulu yang harus datang langsung,” tambahnya.
Kesan serupa disampaikan Ruli (46), pedagang sekitar. “Sekarang ya paling buka depan aja, jualan baju pas Lebaran. Dalamnya sih udah lama mati,” katanya.
Yang dulu menjadi simbol kemajuan kini berubah menjadi monumen keheningan. Beberapa sudut bahkan kini menjadi tempat singgah bagi gelandangan.