Keajaiban Masjid Nurul Jannah: Berdiri Kokoh di Tengah Ganasnya Abrasi Pantai Utara Karawang

Ist
Hari itu, matahari bersinar terik di langit pesisir utara Karawang. Di ujung jalan berbatu Kampung Pisangan, Desa Cemarajaya 3, Kecamatan Cibuaya, berdiri sebuah bangunan yang tampak mencolok di antara hamparan air laut yang kian mendekat ke daratan.
0 Komentar

KARAWANG- Hari itu, matahari bersinar terik di langit pesisir utara Karawang. Di ujung jalan berbatu Kampung Pisangan, Desa Cemarajaya 3, Kecamatan Cibuaya, berdiri sebuah bangunan yang tampak mencolok di antara hamparan air laut yang kian mendekat ke daratan. Dari kejauhan, bangunan itu tampak kokoh namun misterius, seolah menantang ombak yang terus menghantam tubuhnya.

Itulah Masjid Nurul Jannah satu-satunya bangunan di garis depan pantai yang masih bertahan dari gempuran abrasi yang menelan puluhan rumah di sekitarnya.

Begitu melangkah masuk, suara deburan ombak terdengar begitu dekat. Air asin sesekali menyelinap melalui celah lantai, menyisakan jejak basah di dalam masjid. Namun, keajaiban terasa nyata masjid ini tetap berdiri tegak, meski seolah setiap hari diuji oleh laut yang mengganas.

Baca Juga:KDM Minta Bupati Bekasi Anggarkan Honor Tenaga Kebersihan Lulusan SD-SMP Setara Karyawan PabrikTega! Pengemudi Ojol di Karawang Cabuli Anak Berkebutuhan Khusus, Korban Dibawa ke Kamar Pelaku

Bangunan itu menyimpan kisah panjang, tak hanya soal keteguhan fisik, tetapi juga tentang upaya spiritual menyelamatkan manusia dari gelapnya masa lalu.

Jejak Rehabilitasi Pecandu Narkoba

Abdul Choliq, satu-satunya pengelola Masjid Nurul Jannah, mengenang masa ketika tempat ini bukan hanya rumah ibadah, tapi juga rumah pemulihan.

“Masjid ini dibangun tahun 2002 oleh H. Adang dari Garut. Waktu itu niatnya untuk tempat rehabilitasi pecandu narkoba. Jadi, mereka bukan cuma disembuhkan secara medis, tapi juga melalui pendekatan spiritual,” ujarnya pada Rabu (15/10/2025).

Nurul Jannah dulu menjadi cabang dari pusat rehabilitasi yang berlokasi di Cikarang. Di tempat ini, para pecandu menjalani terapi sambil beribadah dan belajar agama.

“Setiap malam, kami salat Isya jam 12 malam, lalu berdzikir bersama sampai dini hari. Dari situ mereka belajar introspeksi dan menemukan kedamaian,” tutur Choliq.

Sekitar 30 orang pernah menjalani rehabilitasi di masjid ini. Mereka datang dari berbagai daerah Palembang, Papua, hingga Nusa Tenggara Timur. Namun sejak kepergian sang pendiri, kegiatan rehabilitasi perlahan berhenti.

Kini, ruangan-ruangan bekas asrama santri itu menjadi tempat anak-anak sekitar mengaji di sore hari. Masjid tetap aktif digunakan untuk salat berjamaah, meski hanya oleh segelintir warga.

Baca Juga:Proyek Terminal Kalijaya Senilai Rp 56 M Milik Pemprov Jabar Mangkrak, KDM: Nanti Saya Cek!Tahun 2026 Kuda Api, 5 Shio Ini Paling Kaya Kebanjiran Rezeki!

Dulu, para peserta rehabilitasi di Nurul Jannah menjalani tradisi unik bernama Talasoh sebuah ritual berendam atau mengapung di laut.

0 Komentar