Mengulur Waktu, Menebus Dosa di Jalur Laut Utara

Otak Jawara
Perahu nelayan di Dusun Tangkolak melintasi Gugus Terumbu Karang Sendulang, tempat paranje Otak Jawara ditanam.
0 Komentar

“Kebanyakan nelayan punya utangnya ke pengepul. Utang itu biasanya untuk modal bikin jaring,” terangnya.

Setelah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari mencari ikan, empat tahun terakhir ini, suami Iswatun mulai aktif dalam kegiatan baru yang berkaitan dengan perawatan terumbu karang. Awalnya, banyak nelayan memandang langkah itu dengan ragu, terlalu asing.

Tetapi, Iswatun memilih mendukung penuh pilihan suaminya. “Enggak mengeluh, justru senang, sambil melaut, sambil ada pekerjaan lagi. Bangga gitu, soalnya merawat terumbu karang,” katanya.

Baca Juga:MUI Karawang Kecam Tayangan Trans7 yang Dinilai Keliru Gambarkan Tradisi PesantrenDPRD Karawang Bakal Panggil RS Hastien Senin Depan Terkait Dugaan Malpraktik

Namun di balik semua itu, Iswatun menyimpan satu pesan kuat untuk kedua putranya. Ia tak ingin anak-anaknya mengikuti jejak sang ayah.

“Saya ingin mereka jangan seperti ayahnya. Di laut itu besar risikonya. Kalau pun nanti jadi nelayan, mudah- mudahan di kapal besar,” tutup Iswatun.

Dilema Iswatun adalah suara sunyi yang sering luput di tengah hiruk-pikuk agenda besar. Di saat para ibu pesisir berharap anak mereka menjauh dari bahaya laut, kabar dari pemerintah justru kembali menunjuk ke dasar laut Tangkolak. Bukan sebagai ekosistem yang harus dijaga, melainkan sebagai harta karun yang bisa digali.

Setelah pandemi memaksa warga bertahan hidup dari laut dangkal, perhatian kini beralih ke kedalaman yang lain, yakni dasar laut. Di sanalah muncul kabar tentang kapal karam dan muatan kuno. Isu yang belakangan mencuat lewat wacana Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Laut yang dulu menjadi tempat mencari makan, kini kembali menjadi tempat mencari nilai, meski dalam bentuk berbeda.

Pada Juni tahun 2020, di tengah kesunyian pandemi, kabar itu menguat. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan datang ke Karawang. Di hadapan Bupati Cellica Nurrachadiana, ia mengumumkan rencana pendirian Galeri BMKT. Guci, piring, dan mangkuk hasil temuan nelayan akan dipindahkan ke Galeri Bale Indung Nyi Pager Asih. Pemerintah menyebutnya wisata edukasi, pusat informasi sejarah kelautan, ruang belajar bagi pelajar hingga mahasiswa.

“Bisa jadi pusat pengetahuan sejarah maritim Karawang,” ujar Bupati Cellica kala itu.

0 Komentar