Mengulur Waktu, Menebus Dosa di Jalur Laut Utara

Otak Jawara
Perahu nelayan di Dusun Tangkolak melintasi Gugus Terumbu Karang Sendulang, tempat paranje Otak Jawara ditanam.
0 Komentar

Ade Komarudin yang telah berupaya memetakan, dan membangun kesadaran warga merasa kabar itu seperti pisau bermata dua. Ia paham nilai sejarah, tapi juga mencium bahaya.

“Yang ditakutkan, orang kembali mengira dasar laut itu tempat harta, bukan bagian ekosistem yang harus dijaga,” katanya.

BMKT, kata Ade, bisa jadi magnet baru bagi pemburu, mengulang luka lama pada karang Tangkolak. Setelah itu, jejak Ade mulai meredup. Pandemi membuat laut makin sepi, kampung Tangkolak masuk dalam masa senyap. Kesadaran yang sempat menyala kecil padam tertiup angin. Karang yang bopeng tetap bopeng. Nelayan masih bergantung pada kompresor, dan laut tetap menanggung beban diam- diam.

Baca Juga:MUI Karawang Kecam Tayangan Trans7 yang Dinilai Keliru Gambarkan Tradisi PesantrenDPRD Karawang Bakal Panggil RS Hastien Senin Depan Terkait Dugaan Malpraktik

Hingga pada tahun 2022, bara itu kembali ditiup. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), masuk ke Tangkolak. Mereka tak datang sebagai pemburu, mereka membawa satu ide sederhana yang sulit, mengubah pemburu karang menjadi penjaga karang.

Dari pertemuan itulah, muncul nama-nama baru, Dama Saputra dan kawan-kawan yang berhimpun dalam kelompok Pandu Alam Sendulang (PAS), menggandeng peneliti karang dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Institut Pertanian Bogor (IPB), dan menamai programnya Otak Jawara alias Orang Tua Asuh Karang di Laut Utara Jakarta dan Jawa Barat.

Di atas kertas, program ini tampak seperti jargon Corporate Social Responsibility (CSR). Di lapangan, ia menuntut hal paling berat yakni, mengubah kebiasaan, memberi alternatif, dan menunggu alam bekerja pada kecepatannya sendiri.

Associate Monitoring Pemulihan Environmental PHE ONWJ, Ahmad Salman Alfarisi mengatakan, Program Otak Jawara ini fokusnya pada pembuatan modul bernama paranje. Salman menjelaskan itu adalah media transplantasi terumbu karang seperti yang sudah pernah dilakukan tahun 2016 hingga 2018 di Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Modul ini bertujuan untuk mengembalikan ekosistem terumbu karang.

“Di tahun 2022, kami melakukan perluasan program, kami masuk ke Karawang, khususnya daerah Tangkolak, di Desa Sukakerta, bertemu dengan kelompok Pandu Alam Sendulang yang diketuai Dama,” papar Salman, Senin (8/9/2025).

Bersama dengan peneliti karang dari PPLH IPB, PHE ONWJ bersama PAS, Dama dan kawan-kawan melakukan pembuatan ratusan modul, untuk memulihkan ekosistem terumbu karang di Tangkolak, sekaligus rumah bagi ikan.

0 Komentar