Mengulur Waktu, Menebus Dosa di Jalur Laut Utara

Otak Jawara
Perahu nelayan di Dusun Tangkolak melintasi Gugus Terumbu Karang Sendulang, tempat paranje Otak Jawara ditanam.
0 Komentar

Beberapa spesies unik turut memberi warna, seperti ikan bendera dengan sirip menjulang. Sesekali tampak ikan kakap melintas, sementara ikan betok laut berwarna kuning berukuran kecil dengan galak mempertahankan wilayahnya. Di antara semua itu, ikan napoleon wrasse berenang menari dengan kilau biru-hijau yang memantulkan cahaya matahari. Nama-nama itu mungkin terasa asing, tetapi di dasar Tangkolak, mereka adalah denyut kehidupan yang kembali.

“Setiap kali kami turun, kami melihat paranje makin ramai. Karang tumbuh, ikan datang. Itu tanda laut mulai menjawab usaha kita,” ujar Salman.

“Perlu waktu sekitar empat puluh hingga lima puluh menit untuk ke titik konservasi Karang Sendulang. Target kami, setiap tahunnya itu menanam seratus modul paranje, namun pada aktualnya, penurunan modul melebihi dari target. Perusahaan berkomitmen kepada lingkungan untuk mengembalikan kembali ekosistem terumbu karang di Karawang. Saat ekosistem pulih, ada kemungkinan kami membuka potensi wisata laut,” tambah Salman.

Baca Juga:MUI Karawang Kecam Tayangan Trans7 yang Dinilai Keliru Gambarkan Tradisi PesantrenDPRD Karawang Bakal Panggil RS Hastien Senin Depan Terkait Dugaan Malpraktik

“Saya dengarnya, dulu ekosistem karangnya bagus. Tapi ulah manusia membuatnya rusak. Kami hadir bukan untuk mengawasi, tapi untuk bersama warga merawat dan menjaga. Kami juga rutin bersama- sama melakukan monitoring perkembangan pertumbuhan karang. Memberi pelatihan, dan mengedukasi masyarakat untuk mulai menyelam dengan aman,” tambah Salman.

Ketua PAS, Dama Saputra (37) menerangkan, kelompoknya mengemban tiga misi utama. Mengembalikan habitat terumbu karang melalui transplantasi, meningkatkan ekonomi melalui hasil tangkap ikan, dan membentuk ekosistem pariwisata sebagai alternatif mata pencaharian.

“Kalau karang sudah tumbuh bagus, snorkeling bisa jadi pilihan. Saat ini kami masih merintis, karena lokasi belum siap untuk banyak pengunjung,” kata Dama, Senin (8/9/2025).

Dama mengenang, saat awal penurunan paranje, karang yang ditransplantasi berukuran kecil. Ia menunjukkan jarinya, “Enam sampai tujuh sentimeter. Sekarang sudah besar, sampai ada yang patah. Kami ikat dan lem lagi agar kembali kuat, supaya bibit bisa bertahan,” kata Dama.

“Harapan ke depannya, potensi wisata ini bisa jadi alternatif penghasilan bagi nelayan yang masih menggunakan kompresor saat mencari ikan,” kata Dama.

Dama juga ingat, masa saat ayahnya dan nelayan lain berburu karang, kemudian menggunakannya sebagai pondasi rumah. Ia sendiri tidak begitu tahu mengenai massa karang dan harta karun yang diperjualbelikan. Tapi, ia sendiri pernah menemukan beberapa artefak.

0 Komentar