Mengulur Waktu, Menebus Dosa di Jalur Laut Utara

Otak Jawara
Perahu nelayan di Dusun Tangkolak melintasi Gugus Terumbu Karang Sendulang, tempat paranje Otak Jawara ditanam.
0 Komentar

Wazir menghitung, bila empat ratus modul ditanam dengan jarak rata-rata dua meter per unit, luas area yang bisa ditutup mencapai hampir 0,1 hektare. Tidak besar, tetapi cukup untuk memulai sebuah ekosistem kecil.

“Yang penting bukan luasnya, tapi bahwa modul-modul itu ditaruh di tempat yang benar,” ujarnya.

Wazir menekankan pentingnya memilih lokasi yang tepat. Bekas karang mati, katanya, justru menyimpan peluang.

Baca Juga:MUI Karawang Kecam Tayangan Trans7 yang Dinilai Keliru Gambarkan Tradisi PesantrenDPRD Karawang Bakal Panggil RS Hastien Senin Depan Terkait Dugaan Malpraktik

“Dulu kawasan ini produktif, tapi rusak oleh aktivitas manusia. Kalau ada sisa ekosistem alami, itu tanda lingkungan masih cocok untuk karang tumbuh. Itu yang perlu direhabilitasi.”

Bagi Wazir, rehabilitasi bukan sekadar menanam karang di pasir kosong tanpa kehidupan. “Kalau hanya pasir, potensinya rendah. Tapi kalau ada karang alami, meski sedikit, itu pondasi. Itu yang harus kita rawat,” tutupnya.

Namun, laut tidak pernah berdiri sendiri. Setiap paranje yang diturunkan, setiap fragmen yang ditanam, tak lepas dari tangan-tangan nelayan yang kembali ke rumah-rumah kayu di tepi darat. Laut Tangkolak hanyalah wajah lain dari desa kecil bernama Sukakerta, tempat kehidupan sehari-hari dan sejarah panjang karang itu berakar.

Desa Sukakerta menempel di garis Laut Jawa, ujung utara Karawang. Luasnya hanya 7,32 km², sekitar 10,55 persen dari total Kecamatan Cilamaya Wetan. Meski kecil, desa ini dihuni 6.586 jiwa, 3.307 laki- laki dan 3.279 perempuan, sebagian besar menggantungkan hidup pada laut. Dari pusat pemerintahan Kabupaten Karawang, Sukakerta berjarak empat puluh enam kilometer, sebuah bentang yang bukan hanya soal jarak fisik, tetapi juga jarak sosial dari kawasan industri menuju pesisir.

Ketimpangan itu bisa terbaca pula dari angka fiskal. Pada tahun anggaran 2025, Pemerintah Kabupaten Karawang mencatat total dana bagi hasil pajak mencapai Rp153,85 miliar. Desa Sukaluyu di kawasan padat penduduk dan wilayah perniagaan menerima Rp1,26 miliar, tertinggi di kabupaten. Sementara Sukakerta, desa yang menjaga pesisirnya dari abrasi dan limbah industri, justru berada di posisi paling bawah dengan Rp375 juta.

Sukakerta hanyalah satu dari dua belas desa di Kecamatan Cilamaya Wetan. Kecamatan ini sendiri merupakan pemekaran dari Cilamaya, dengan luas 69,66 km² atau sekitar 3,97 persen dari total Kabupaten Karawang. Secara geografis, Cilamaya Wetan berbatasan langsung dengan Laut Jawa di utara, Kecamatan Blanakan (Subang) di timur, Kecamatan Banyusari di selatan, dan Cilamaya Kulon di barat.

0 Komentar