Badan Pusat Statistik (BPS) Karawang mencatat, pada tahun 2024 jumlah penduduk Cilamaya Wetan mencapai 83.551 jiwa dengan komposisi 42.252 laki-laki dan 41.299 perempuan. Dari angka sebesar itu, Sukakerta hanya sepotong kecil. Namun, di desa kecil inilah, laut dan karang menenun ulang kisah ekonomi sekaligus kebudayaan.
Kini, laut di pesisir Cilamaya Wetan kembali dilihat pemerintah sebagai ruang masa depan. Sejak Karawang ditetapkan masuk dalam program Ekonomi Biru Nasional, pesisir pantura Karawang menjadi salah satu prioritas revitalisasi tambak nila salin yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Program ini, yang dijalankan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, menjadi bagian dari proyek strategis nasional di sektor kelautan, dengan tujuan memperkuat ketahanan pangan, memperluas lapangan kerja, sekaligus memulihkan ekosistem pesisir.
Kepala Bidang Budidaya Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, Nur Ridwan Solihin menyampaikan proyek ini menyasar enam kecamatan pesisir. Kecamatan Batujaya, Cibuaya, Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Pakisjaya, dan Tirtajaya, dengan total lahan 6.979 hektare. Dari luas itu, 1.365 kolam tambak dan 1.339 kolam pembibitan akan direvitalisasi. Program ini juga mencakup pembangunan saluran air, instalasi pengolahan limbah, serta kawasan industri pengolahan ikan.
Baca Juga:MUI Karawang Kecam Tayangan Trans7 yang Dinilai Keliru Gambarkan Tradisi PesantrenDPRD Karawang Bakal Panggil RS Hastien Senin Depan Terkait Dugaan Malpraktik
“Revitalisasi ini bukan hanya membangun tambak, tapi juga memperbaiki cara pandang terhadap laut,” kata Ridwan, Jumat (25/7/2025).
“Kami berharap ini jadi gerbang baru bagi ekonomi pesisir. Ada pembibitan, pengolahan, sampai program rehabilitasi mangrove untuk menahan abrasi.”
Menurut Ridwan, proyek ini akan dimulai pada akhir tahun 2025 dengan tahap pembangunan selama dua tahun. Sebagian tambak ditargetkan mulai beroperasi pada Agustus tahun 2026.
“Rencana ini sudah kami sosialisasikan ke masyarakat pesisir, dan responsnya positif. Mereka berharap program ini bisa menumbuhkan ekonomi tanpa merusak laut,” tambahnya.
Secara nasional, KKP menargetkan produktivitas tambak meningkat hingga 144 ton per hektare per tahun dengan dua siklus produksi. Volume produksi diestimasi mencapai 1,18 juta ton, dengan nilai ekonomi sekitar Rp30 triliun dan penciptaan 119 ribu lapangan kerja baru.
Di atas kertas, laut yang dulu menjadi ruang bertahan kini diupayakan untuk hidup kembali sebagai ruang harapan. Tapi di lapangan, harapan itu masih menunggu gelombang pertama.