Mengulur Waktu, Menebus Dosa di Jalur Laut Utara

Otak Jawara
Perahu nelayan di Dusun Tangkolak melintasi Gugus Terumbu Karang Sendulang, tempat paranje Otak Jawara ditanam.
0 Komentar

Di bawah gelombang, di antara rongga paranje yang sederhana, ikan-ikan kembali datang, karang kembali tumbuh, dan laut kembali berdenyut. Di atas permukaan, perubahan itu terasa dalam kehidupan sehari-hari. Bagi keluarga nelayan seperti Iswatun, laut yang sembuh berarti napas yang sedikit lebih lega.

“Alhamdulillah, sekarang lebih ada peningkatan. Dulu seratus ribu aja kurang, sekarang rata-rata bisa dua ratus ribu per hari,” kata Iswatun.

Bagi Iswatun, perubahan itu bukan hanya soal penghasilan, tapi juga soal cara pandang. Ia melihat suaminya bekerja bukan lagi dengan cemas, melainkan dengan rasa memiliki terhadap laut yang kini mulai pulih.

Baca Juga:MUI Karawang Kecam Tayangan Trans7 yang Dinilai Keliru Gambarkan Tradisi PesantrenDPRD Karawang Bakal Panggil RS Hastien Senin Depan Terkait Dugaan Malpraktik

“Dia itu orangnya baik, tanggung jawab, pekerja keras, dan tetap sederhana walau sudah dikenal banyak orang di kampung,” katanya dengan senyum bangga. “Dia kan sekarang jadi ketua Pandu Alam Sendulang.”

Kini laut Tangkolak bukan sekadar bentangan air asin di utara Karawang, melainkan ruang pengakuan dan penebusan. Di setiap paranje yang diturunkan, tersimpan harapan agar masa depan tak lagi diukur dari apa yang diambil, melainkan dari keberanian untuk menebus dosa masa lalu, dan menjaganya agar tidak terulang.

0 Komentar