Laut perlahan-lahan menunjukkan tanda. Tetapi nelayan tak pernah tahu harus berbuat apa. Mereka hanya bisa menyimpan kegelisahan itu dalam hati, sampai satu perjumpaan membuka jalan baru.
Pada tahun 2016, seorang penyelam dari Dinas Perikanan Karawang bernama Ade Komarudin datang ke Tangkolak. Ia bukan nelayan, bukan pula pemburu harta karun. Ade turun ke laut dengan mata orang luar, terbiasa mendokumentasikan, bukan mencari nafkah.
“Dulu itu ada gosong, semacam pulau kecil dari tumpukan karang mati yang timbul tenggelam. Saya kira hanya pasir, ternyata karang. Tapi sebagian besar sudah mati,” kenangnya, Kamis (11/9/2025).
Baca Juga:MUI Karawang Kecam Tayangan Trans7 yang Dinilai Keliru Gambarkan Tradisi PesantrenDPRD Karawang Bakal Panggil RS Hastien Senin Depan Terkait Dugaan Malpraktik
Dengan kamera di tangan, Ade menyelam. Dari balik kekeruhan, muncul pemandangan yang membuatnya tertegun, karang masif menyerupai otak, sebagian hidup, sebagian rapuh. Sesekali ikan badut, ekor kuning, bahkan belut laut, menampakkan diri di celah-celah karang.
Tangkolak, yang selama ini hanya dipandang nelayan sebagai ladang tangkap, dan perburuan karang ternyata masih menyimpan denyut ekosistem. Temuan itu Ade bawa ke rekan-rekan komunitas penyelam, lalu ia tanyakan pada kolega peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Saya bilang ke warga, karang di sini jauh lebih berharga kalau tetap dibiarkan hidup. Bisa jadi rumah ikan, bahkan jadi wisata,” ujar Ade.
Setahun berselang, penglihatan Ade menemukan titik temu dalam kajian ilmiah. Rafdi Fadhli dan Tjiong Gok Pin dari Universitas Indonesia, lewat tulisan di Jurnal Geografi Lingkungan Tropik (2018), memetakan kondisi terumbu karang Karawang dengan citra satelit Sentinel 2A. Mereka menemukan sebelas titik sebaran karang di perairan Karawang, sebagian besar di perairan Tangkolak. Dari total area sekitar lima ribu hektare, sayangnya hanya sekitar seratus lima puluh delapan hektare yang benar- benar ditutupi terumbu.
Kondisi karang di seluruh titik sebaran pun tidak seragam. Tutupan karang hidup rata-rata hanya dua puluh lima hingga tiga puluh lima persen, tergolong sedang hingga rendah. Sebagian besar berupa karang masif, jenis yang besar dan keras, bertahan di tengah arus lumpur dan sedimen. Sementara itu, karang bercabang seperti akropora dan karang api banyak yang patah, rapuh, atau terkubur pasir. Hanya di dekat Gosong Sendulang dan lepas Sedari, segelintir karang masih menunjukkan wajahnya yang relatif baik.