KABUPATEN BEKASI – Di tengah kebijakan Bupati Bekasi si Raja Bongkar yang tengah gencar-gencarnya melaksanakan pembongkaran bangunan liar di atas lahan negara suara lantunan doa masih terdengar dari kompleks kecil Yayasan Islam Al-Hudri Walibarah.
Pesantren yang berdiri sejak tahun 2000 tersebut yang belokasi di Kampung Kaliulu, Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara itu kini harus rela sebagian bangunannya rata dengan tanah. Namun sang pengasuh, Insan Kamil (38), memilih bersikap tenang dan ikhlas.
“Kita tetap mendukung kebijakan pemerintah, kalau saya ya takdir mau diapain,” ujar Insan Kamil ketika wawancarai Cikarang Ekspres, Selasa (21/10).
Baca Juga:Mencari SD Terbaik di Cikarang Selatan, Ini Daftar Pilihan Sekolah Negeri hingga Bertaraf InternasionalPilihan Terbaik untuk Si Kecil Belajar, Ini 92 TK Favorit Cikarang Selatan – Bekasi
Ketika ditanya soal kompensasi, Insan hanya tersenyum. “Ada dari Allah,” katanya singkat.
Adapun janji kompensasi dari pemerintah, ia tak ingin banyak berkomentar. “Wallahualam dah,” sambungnya.
Pesantren Al-Hudri Walibarah berdiri di atas lahan pengairan di Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara sejak dua dekade lalu. Perlahan, Insan bersama jamaahnya membeli kavling demi kavling hingga kini memiliki tiga bidang tanah milik sendiri.
“Dikit-dikit kita beli se kavling sampai jadi seperti ini,” tuturnya.
Kini, dari total 94 santri terdiri dari ikhwan dan akhwat kegiatan belajar saat ini dilakukan secara daring. “Karena tempatnya sedang kita beresin,” katanya.
Sebelumnya, aktivitas belajar mengajar berlangsung seperti biasa, dari pukul 07.00 hingga 14.00 WIB. Penggusuran membuat dua asrama dan tiga ruang belajar ikut terdampak.
“Yang ikhwan sementara tidur di masjid. Kalau yang akhwat masih di kamar masing-masing karena cuma ruang belajarnya aja yang kena,” jelasnya.
Baca Juga:Terbaik dengan Fasilitas Lengkap! Ini 11 Pilihan Rumah Sakit di Cikarang Selatan – BekasiCikarang Timur Punya 4 Kampus, Satu Baru Dibuka, Satu Lagi Institut Negeri Ternama Segera Beroperasi
Meski demikian, semangat para santri tak surut. Mereka ikut bergotong royong membongkar bangunan secara mandiri sebelum alat berat dikerahkan.
“Kita cuma berkeinginan supaya yang bongkar kita aja, karena bangunan tua takut kalau pakai alat berat semua kena,” ujarnya.
Insan mengaku, sempat ada santri yang bertanya ke mana mereka akan pindah setelah pesantren dibongkar.
“Ya saya bilang tetap di sini. Kita kasih pemahaman kepada para santri untuk menghadapi ini semua dengan ikhlas,” ucapnya.