KBEOnline.id – Buat para penggemar seri Fate, konsep Holy Grail War udah kayak makanan sehari-hari — perang brutal di mana para magus memanggil Heroic Spirit dari legenda buat bertarung demi Cawan Suci, artefak yang katanya bisa ngabulin segala keinginan. Tapi, Fate/Strange Fake, light novel dari Ryohgo Narita (Durarara!!, Baccano!), bawa nuansa perang suci yang beda jauh dari versi-versi sebelumnya.
Perang Suci yang Amburadul di Snowfield
Nggak kayak seri-seri lain yang selalu ambil setting di Fuyuki, Jepang, perang kali ini justru pecah di Snowfield, Nevada, Amerika Serikat. Ritual pemanggilannya di kota ini cuma tiruan dari sistem aslinya. Dibikin sama kelompok yang, jujur aja, nggak benar-benar ngerti cara kerja Grail.
Hasilnya? Roh-roh yang muncul juga setengah-setengah — mereka bukan Heroic Spirit beneran, tapi False Servant, versi “rusak” dari pahlawan-pahlawan legendaris. Dari sistem error inilah muncul perang yang aneh, penuh teka-teki, dan nggak kalah berat soal makna: kebenaran, kepahlawanan, sampai eksistensi itu sendiri.
Baca Juga:Dari Duel Hingga Strategi, Inilah 5 Anime Kartu Terbaik Sepanjang Masa!7 Stand JoJo’s Bizarre Adventure Terhebat Sepanjang Masa, Siapa yang Nomor 1?
False Servant Paling Ikonik di Fate/Strange Fake
1. Gilgamesh – Raja Pahlawan Palsu
Gilgamesh balik lagi sebagai False Archer, kali ini bareng Master-nya, Tiné Chelc. Tapi sekarang, dia bukan bagian dari sistem sempurna lagi. Sebagai “pahlawan sejati” yang terjebak di perang palsu, Gilgamesh jadi simbol besar antara kemegahan dan sesuatu yang palsu.
Sikapnya tetap arogan, penuh wibawa. Buat dia, dunia ini cuma tiruan murahan yang nggak layak buat seorang raja. Kehadiran Gilgamesh sendiri udah jadi ironi — bahkan sosok dewa pun bisa kehilangan makna di dunia yang udah nggak kenal kebenaran.
2. Enkidu – Sahabat dari Dunia yang Rusak
Enkidu hadir sebagai False Lancer, dipanggil oleh sosok misterius yang disebut Silver Wolf. Tapi dia juga bukan Enkidu versi sempurna, cuma salinan yang nggak utuh.
Waktu takdir mempertemukan dia lagi sama Gilgamesh, hubungan mereka langsung jadi inti emosi di cerita ini. Di tengah dunia penuh kebohongan dan tiruan, persahabatan dua makhluk aneh ini nunjukkin kalau keaslian tetap bisa bertahan — bahkan di tengah kepalsuan.
