KARAWANG – Suara derap langkah dan semangat para pesilat muda menggema di lapangan terbuka Kecamatan Cilamaya Wetan, Sabtu pagi (25/10/2025). Di bawah langit cerah, ratusan siswa dari berbagai sekolah tampak berbaris rapi, menyambut pembukaan Jambore Silat Tadjimalela Karawang 2025.
Suasana hangat terasa sejak awal. Bukan hanya karena semangat bela diri yang membara, tapi juga rasa kebersamaan yang menyatukan para peserta dari berbagai usia dan latar sekolah. Selama dua hari satu malam, mereka tinggal bersama, berlatih, dan belajar menjadi pribadi yang lebih kuat — bukan hanya secara fisik, tapi juga mental dan spiritual.
Lebih dari Sekadar Bela Diri
Tahun ini, jambore mengusung konsep yang lebih luas: pembinaan fisik, mental, spiritual, dan soft skill. Sebanyak 160 peserta dari 15 sekolah mengikuti rangkaian kegiatan yang telah disusun dengan disiplin tinggi oleh para pelatih.
Baca Juga:Gercep! Camat Tempuran Door to Door Tinjau Rumah Warga Terdampak Angin KencangWaspada Bagi Perokok! Bisa Dipenjara dan Didenda Ratusan Juta Hingga Milliaran, Begini Penjelasan Lengkapnya!
Sejak pagi, mereka menjalani ujian fisik dan penguasaan jurus, lalu malam harinya dilanjutkan dengan materi pengetahuan dan refleksi diri. Setiap sesi dirancang bukan hanya untuk menguji kemampuan, tapi juga menanamkan nilai tanggung jawab, keteguhan, dan rasa hormat.
“Setiap tetes keringat mereka adalah proses menempa diri. Di sini kami tidak hanya melatih tangan, tetapi juga hati dan pikiran,” ujar Muhammad Syahdi Ghory, pelatih sekaligus panitia Jambore Tadjimalela Cilamaya, dengan nada bangga.
Pesilat yang Cerdas dan Berakhlak
Tak berhenti pada latihan jurus, Jambore Tadjimalela juga menggelar berbagai lomba soft skill yang memperlihatkan sisi lain dari seorang pesilat. Mereka ditantang dalam Peraturan Baris-Berbaris (PBB), Cerdas Cermat PPGD, Pidato, Kaligrafi, Tahfidz Juz 30, hingga Pentas Seni dan Tarik Tambang.
Melalui lomba-lomba itu, para peserta dilatih untuk berpikir cepat, bekerja sama, tampil percaya diri, dan menghargai lawan. Nilai-nilai inilah yang menjadi ruh Tadjimalela: menjadikan silat sebagai jalan membentuk manusia yang seimbang antara kekuatan dan kebijaksanaan.
Malam Refleksi yang Menyentuh
Saat malam tiba, suasana berubah khidmat. Ratusan peserta duduk melingkar, mengikuti yasinan, doa bersama, dan renungan malam. Di bawah cahaya api unggun, mereka menundukkan kepala dalam momen sungkeman kepada orang tua, sebuah tradisi yang menggugah hati.
