KBEonline.id – Upaya PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) dalam mengolah limbah cangkang rajungan menjadi pupuk cair bernilai ekonomi tinggi mendapat apresiasi besar dari Pemerintah Kabupaten Karawang.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Karawang, Rochman, menyebut langkah ini sebagai terobosan luar biasa dan menjadi inovasi pertama di daerah tersebut.
“Ini inovasi pertama di Karawang. Pemerintah daerah tentu sangat mendukung langkah PHE ONWJ dalam mengolah limbah menjadi produk yang bermanfaat,” ujar Rochman di Karawang, Jumat (7/11/2025).
Baca Juga:Wamendagri Apresiasi Langkah Bupati Aep Rampingkan SOTK, Capai Efisiensi Rp59 MiliarPemerintah Turunkan Harga Pupuk, Menko Zulhas: Swasembada Pangan Semakin Dekat
Ia menambahkan, DPKP siap memberikan pendampingan penuh agar produk hasil inovasi ini bisa segera beredar secara resmi dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat.
“Kami akan membantu kelompok masyarakat binaan PHE ONWJ untuk proses pengajuan izin edar ke Kementerian Pertanian. Kementerian memiliki laboratorium uji sendiri, dan kami siap mengawal hingga tuntas,” jelasnya.
Menurut Rochman, jika telah berizin resmi, pupuk cair ini bukan hanya mendukung sektor pertanian, tapi juga memberi nilai ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.
Jawaban atas Masalah Lingkungan
Apresiasi tersebut berangkat dari persoalan lingkungan yang dihadapi Desa Sukajaya, salah satu sentra pengolahan rajungan di Karawang. Selama ini, sekitar 1 ton limbah cangkang rajungan per bulan menumpuk tanpa pengelolaan, menimbulkan bau tidak sedap, mencemari lingkungan, dan berdampak pada kesehatan ratusan warga di sekitar 100 rumah.
Pantauan di lapangan menunjukkan, limbah cangkang kerap berserakan di tepi jalan dan belum tertangani optimal.
Melalui program pemberdayaan Jaga Alam melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Jam Pasir), PHE ONWJ menghadirkan inovasi Sistem Kelola Sampah Eco-Friendly (Sikasep) yang mengubah limbah tersebut menjadi pupuk cair ramah lingkungan dan kini telah dimanfaatkan oleh 327 petani.
Kolaborasi dan Teknologi Tepat Guna
Inovasi ini dikembangkan melalui kerja sama dengan Unit Inkubasi, Hilirisasi, dan Komersialisasi (IHK) Universitas Padjadjaran, yang membantu dalam riset dan penerapan teknologi tepat guna.
Baca Juga:Anggota DPRD Jabar Jenal Aripin Sidak Jalan Badami–Loji yang Rusak Meski Baru DiperbaikiPolres Karawang Gelar Apel Kesiapan Tanggap Bencana di Musim Pancaroba
Cangkang rajungan diolah melalui proses pemanasan uap pada suhu 100°C, diikuti tahap deproteinasi (pemisahan protein) dan demineralisasi (pemisahan mineral). Dari proses demineralisasi inilah dihasilkan limbah asam yang kemudian diolah menjadi bahan utama pupuk cair siap pakai.
