KBEonline.id – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memastikan proyek penataan Daerah Aliran Sungai (DAS) Karangligar di Kabupaten Karawang segera dimulai. Kepastian itu disampaikan usai Rapat Koordinasi Penataan Kawasan DAS serta Areal Marka Jalan Nasional dan Gerbang Tol yang digelar di Pemkab Karawang, Kamis (13/11/2025).
“Hari ini akses jalan dari (perumahan) Resinda sudah bisa dilalui, mesin akan segera dipasang. Pembebasan tanah oleh Pemkab sudah selesai, jadi pekerjaan bisa segera dimulai,” ujar Dedi.
Proyek ini menjadi bagian penting dari upaya menekan potensi banjir tahunan di wilayah Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat — salah satu titik rawan genangan di Karawang bagian barat.
Baca Juga:PHE ONWJ dan UBP Karawang Kolaborasi Perluas Wawasan Mahasiswa tentang Industri Hulu MigasDipimpin H Sopian, Kemenag Karawang Jadi Teladan Nasional dalam Akuntabilitas dan Moderasi Beragama
“Tidak ada problem. Pekerjaan sudah bisa dimulai, tinggal kontraktor jalan, karena ini pekerjaan PUPR pusat,” kata Dedi menambahkan.
Sebelumnya, Bupati Karawang Aep Syaepuloh meninjau langsung titik sumber banjir di Sungai Cibeet dan Cidawolong, bersama Kepala BBWS Citarum Dian Al-Ma’ruf dan Wakil Ketua DPR RI Saan Mustopa pada 6 Desember 2024 lalu.
Pemkab Karawang, kata Aep, siap bersinergi dengan pemerintah pusat dan provinsi dalam proyek pengendalian banjir di Karangligar. Pemerintah daerah juga telah menyiapkan pembebasan lahan seluas 1,5 hektare untuk pembangunan kolam retensi dan pintu air di kawasan tersebut.
“Kita menginginkan ada sinergi bersama. Nanti akan dibuatkan bendungan dan kolam retensi di sini. Kami tidak keberatan untuk membebaskan lahan, yang penting masyarakat bisa diselamatkan,” ujar Aep.
Proyek penataan DAS Karangligar ini akan dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, dengan estimasi anggaran mencapai Rp80–100 miliar.
Kepala BBWS Citarum, Dian Al-Ma’ruf, menjelaskan pembangunan pintu air dan kolam retensi bertujuan mengendalikan aliran air dari Sungai Cibeet dan Cidawolong agar tidak meluap ke permukiman warga.
“Banjir di Karangligar terjadi karena air dari Cibeet tertahan saat debit Citarum tinggi. Nantinya kami akan menormalisasi sungai, membangun pintu air, dan kolam retensi untuk mengatur aliran air,” jelas Dian.
